Damai

593 6 0
                                    

Nathan bertanya dengan mata memerah. Adelia terkejut, jadi itukah yang membuat Nathan terluka selama ini. Adelia merasa perih di hati kalau itulah penyebabnya.

Tanpa menunggu jawaban Adelia, Nathan segera beranjak pergi menuju ke mobilnya. Nathan tidak ingin terlihat menangis di depan umum.

Tak disangka, Adelia menyusulnya ke mobil. Sekarang mereka berdua berada dalam mobil Nathan dalam keadaan hening. Adelia menunggu beberapa saat hingga Nathan tenang. Nathan memandang ke luar jendela, tidak berani menatap Adelia.

"Nathan...," panggil Adelia pelan. Siapa sangka Nathan langsung memeluknya erat.

"You said you never leave me, Adelia," bisik Nathan dengan suara berat.

Dengan jarak sedekat ini, mereka saling memandang. Mata Nathan sudah menggelap, Adelia ikut hanyut dalam kegelapan itu. Tanpa sadar, bibir mereka hampir menempel satu sama lain.

Namun, Adelia tiba-tiba menunduk, menolak ciuman itu. Nathan memejamkan mata berusaha menahan hasratnya.

Adelia kemudian melihat ke arah mata Nathan dan tegas berkata, "Arka adalah suamiku sekarang, he is a good guy and you should respect that."

Nathan hanya terdiam mendengarnya, ia juga sudah tahu itu.

"Dan aku minta maaf meninggalkanmu hari itu, aku panik dan kupikir sudah ada Devano yang menyelamatkanmu. Tapi aku menyesal dan terus memikirkanmu, Nathan. Aku datang ke rumah sakit malamnya, tapi om Fadly mencegahku melihat dan menemuimu. Sisa ceritanya kamu sudah tahu kan?"

Nathan geram, lagi-lagi ayahnya. Ia tidak cerita apa-apa soal Adelia ke rumah sakit. Entah siapa yang harus ia percayai jika orang tuanya saja membohonginya.

"Aku juga minta maaf pergi meninggalkanmu kala aku hamil. Saat itu aku tidak tahu bagaimana memberitahumu, Nathan. Aku cukup kesulitan dengan kondisiku sendiri, aku takut. I'm sorry, please understand," ucap Adelia.

Kalimat Adelia membuat Nathan melunak, setelah dipikirkan... memang kondisi Adelia pastilah lebih berat darinya. Hamil di luar nikah, ditekan oleh keluarganya dan wajar jika Adelia takut, lelaki yang menghamilinya masih remaja saat itu. Jika melihat anaknya sekarang, Nathanlah yang harusnya berterima kasih dan meminta maaf pada Adelia.

Nathan pun menarik nafas dalam-dalam, "I understand, Adelia. Aku memaafkanmu dan... aku juga meminta maaf."

Adelia dan Nathan saling tersenyum. Mereka lega setelah mencurahkan hati masing-masing. Inilah yang Adelia mau, perpisahan baik-baik, tanpa ada tanda tanya lagi.

"Masuklah ke cafe, minta Arka menjemputmu," ucap Nathan yang sudah tenang akhirnya.

Adelia tersenyum. 'Nathan's gonna be okay now,' pikirnya.

Tidak berapa lama, Arka datang. Nathan mengamatinya dari mobil, memastikan Adelia benar-benar sudah dijemput. 'At least she's in a good hands,' pikir Nathan.

Nathan pun menjalankan mobilnya kembali ke hidupnya yang biasa, but this time maybe he already can move on.

Maybe...

Maybe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AdeliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang