"Ah, sorry," ucap Miss Adelia. Nathan malah menyeringai.
"Tidak sabaran sekali," goda Nathan. Wajah Miss Adelia merona merah karena malu.
Nathan tanpa ragu lagi memasukkan penisnya ke vagina Miss Adelia yang sudah sangat basah. Sedikit demi sedikit penisnya menerobos vagina sempit Miss Adelia.
"Oh, Miss. Kau nikmat sekali," desah Nathan merasakan jepitan pada penisnya, padahal belum masuk semua. Nathan melebarkan kedua kaki Miss Adelia dan dengan sekali hentakan ia memajukan seluruh penisnya.
"Oooh, aaah," desah Miss Adelia merasakan sensasi itu. Sekarang penis Nathan sudah masuk seluruhnya. Adelia merasakan hangat dan nyaman.
Nathan langsung menggerakan penisnya maju mundur.
"Ng.. ah.... ah...ng," Miss Adelia menyukainya. Setiap hujaman mengenai titik rangsangnya.
'Oh, gila, ini enak sekali,' pikir Adelia memejamkan mata menikmati surga dunia.
Nathan memandangi Miss Adelia yang merem melek di bawahnya dengan mulut terbuka. Payudaranya juga ikut bergerak naik turun. 'Seksi sekali.'
"Kamu milikku, Miss," ucap Nathan posesif. Miss Adelia sayu memandangi Nathan.
"Ah, Nathan, please...ah."
"Please what mmm?," tanya Nathan tidak berhenti menghujam. Bahkan semakin cepat dan brutal.
Plok!
Plok!
Plok!
Plok!
Plok!"Oh, oh, Nathan, aku keluar, ooooh," teriak Miss Adelia, tubuhnya membusung dan bergetar hebat.
Nathan membiarkan Miss Adelia menikmati orgasmenya. Wajah Miss Adelia semakin cantik saat orgasme, Nathan tidak bisa berhenti memandanginya.
"Hah, hah.. Na..than."
"Yes, Miss?," ucap Nathan sambil merapikan rambut Miss Adelia yang menempel di dahi dan pipinya.
"Don't.. call me...Miss again," ucap Miss Adelia terengah-engah.
Nathan memandangi Miss Adelia heran, "why?"
"Aku bukan guru lagi sekarang."
Nathan mengamati wajah kekasihnya dan mencoba menebak apa yang dipikiran Miss Adelia.
"Mmm... is that what you really want?," tanya Nathan hati-hati.
"Yes, I'm gonna be your soon to be wife, right?," ucap Adelia tersenyum sambil melingkarkan lengannya di leher Nathan dan mencium bibirnya.
Sebenarnya Nathan lebih menyukai memanggil Adelia dengan "Miss." Tapi Nathan menuruti saja keinginan Adelia.
"Well, okay then. Shall we continue... Adelia?," tanya Nathan menyeringai. Jangan lupa kalau Nathan belum orgasme. Penisnya masih menancap di vagina Adelia.
Nathan dengan agresif memutar tubuh Adelia, hingga sekarang posisinya doggy style.
"Ah, ah, ah, ah," desah manja Adelia merasakan hujaman demi hujaman dari Nathan. Ia meremas erat seprai untuk pegangan.
Semakin lama gerakan maju mundur Nathan semakin cepat.
"Ng, ah, ah, ah."
Payudaranya yang ikut bergoyang juga tidak luput menjadi mainan Nathan. Diremas-remasnya payudara Adelia, hingga menambah sensasi nikmat bagi kedua belah pihak.
"Ah, ah, ah.... aaaah," desah Adelia mencapai orgasmenya. Begitu juga Nathan, buru-buru ia mencabut penisnya karena ia lupa menggunakan pengaman tadi.
Spermanya muncrat ke punggung Adelia.
"Ooh...babe," desah Nathan memejamkan mata menikmati sensasi pelepasan.
"Hah, hah, hah." Mereka sama-sama lelah dan puas.
Nathan mengelap punggung Adelia yang belepotan sperma dengan tisu.
"Aku suka aroma spermamu," ucap Adelia.
Kalimat itu seperti undangan untuk Nathan menyerangnya lagi. Adelia melihat tatapan tajam Nathan seperti serigala melihat daging.
'Sial, aku salah bicara sepertinya,' pikir Adelia. "Not again, Nathan. I'm tired."
Nathan mengabulkan permintaan Adelia asalkan wanita itu tidur bersamanya malam ini. Terpaksa Adelia setuju.
'Subuh nanti sebelum orang lain bangun, aku akan pindah ke kamarku,' pikir Adelia. Mereka pun tidur berpelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adelia
RomanceAdelia, seorang guru perempuan, berpacaran dengan murid laki-lakinya. Banyak rintangan dan kesulitan yang mereka hadapi. Haruskah kata-kata 'cinta tidak harus memiliki' mengakhiri hubungan mereka? Apakah cinta mereka akan tetap bertahan?