54.

364 19 0
                                    

~Selamat membaca~

Tapi saya mencintai Gus" Aira kembali bersuara dengan nada yang sedikit meninggi.

"Saya hanya memberi saran untuk kamu, segeralah hapus perasaan mu terhadap saya. Karena sampai kapanpun saya hanya akan terus mencintai istri saya sepenuhnya, mohon maaf kyai zidan. Saya tidak bisa, saya tidak mau menyakiti perasaan istri saya" ucap Imam pada kyai Zidan.

"Tapi istri Gus tidak memberi kewajiban sepenuhnya pada Gus"

"Bagaimana kamu bisa memberikan opini seperti itu sedangkan kamu saja tidak bersama istri saya 24 jam? Saya suaminya, saya yang mempunyai hak untuk mengkritik istri saya. Istri saya merupakan satu-satunya wanita setelah Umi yang sangat spesial di hati saya. Dia perempuan yang selalu memberikan yang terbaik untuk suaminya, kamu tidak mempunyai hak untuk menilai istri saya, bahkan kamupun tidak tau seberapa besar kebahagiaan saya setelah saya menikahi istri saya. Dunia sekalipun tidak akan bisa membayar kebahagiaan yang sudah istri saya berikan kepada saya" ucap Imam dengan rahang yang sudah mengeras. Sungguh dia tidak ridha istrinya di cap buruk seperti itu.

"Saya sudah Hafizah 30 juz Gus, sedangkan istri Gus? Walaupun dia Ning tapi dia tidak hafal Qur'an dan kelihatannya tidak terlalu faham tentang ilmu agama, saya bisa menjadi istri yang shalihah, dan saya juga bisa menjamin anak-anak yang Sholeh dan shalihah nantinya untuk Gus" ucap Aira dengan perasaan yang menggebu-gebu.

Imam semakin tidak terima dengan penuturan Aira, tetapi dia tetep bisa mengontrol wajah nya agar tetep tenag dan terus beristighfar dalam hatinya.

"Syukur Alhamdulillah saya bisa menikahi wanita shalihah seperti istri saya, pintar itu di akui Ning bukan mengakui, bahkan istri saya pun memahami agama, dan saya yang akan terus membimbing nya. Kalo memang Ning nya ini faham, Ning nya tidak akan memaksa kehendak saya, apalagi sampai beraninya menilai orang lain yang bahkan Ning sendiri tidak mengenalnya, Ning seorang perempuan yang seharusnya lebih bisa mengerti. Bahkan anak-anak saya nanti akan lahir di rahim seorang ibu yang sangat mulia" tagas Imam.

"Maaf Ning Aira, Kyai Zidan dan Nyai Rina, sepertinya memang kami tidak bisa menerima lamaran ini" ucap Abi Malik yang sedari tadi diam.

Dia mencoba mencairkan kembali Susana yang sudah memanas, sebenarnya diapun sedikit tersinggung dengan ucapan Ning Aira mengenai menantunya.

Imam semakin tidak terima dengan penuturan Aira, tetapi dia tetep bisa mengontrol wajah nya agar tetep tenag dan terus beristighfar dalam hatinya.

"Menantu saya sudah lebih dari cukup menjadi istri yang shalihah untuk anak saya Imam. Menantu saya tidak pernah merendahkan perempuan manapun sekalipun perempuan itu berada di bawahnya, saya sangat beruntung dan bangga mempunyai menantu seperti dirinya

"Mohon maaf pak kyai kami tidak bisa memaksakan kehendan Imam" ucap Umi Sakinah dengan tenag namun menusuk.

Abi Malik memegang tangan Umi Sakinah dan berbisik menyuruhnya untuk beristighfar.

"Baiklah kyai Malik saya mohon maaf apabila da perkataan yang tidak menyenangkan, dan terimakasih nak Imam sudah berkenan untuk menjawab, kalo begitu kami permisi" pamit kyai Zidan, dengan Aira yang menahan amarahnya karna lamarannya ditolak.

Imam menghembuskan nafasnya berat, sungguh emosinya terpancing ketika Aira menjelekkan istrinya.

"Assalamualaikum, kyai, Nyai, Gus".

"Waalaikumsalam ustadz" jawab mereka.

"Punten kyai, Gus, Nyai... Jika saya lancang tadi saya melihat Ning Ayla kemari, tetapi hanya di ambang pintu saja kemudian beliau berlari pergi sambil menangis" ucap ustadz hanan dengan sopan.

Sisi Lain dari GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang