53.

492 30 41
                                    

"Alhamdulillah terimakasi Saya sangat senang dengan kehadiran keluarga besar kyai Zidan"

sudah cukup! Ayla tidak sanggup lagi mendengarkan jawaban yang suaminya lontarkan. Imam sangat senang dengan kehadiran Aira? Apa artinya Imam sudah menunggu waktu ini tiba.

"Ning Ayla?" Gumam seseorang yang melihat kepergian Ayla sambil berlari dan menangis.

____________________

"Sayang, sayang buka dulu pintunya kamu salah paham" teriak Imam dari luar kamar.

Dia yakin saat ini istrinya pasti sedang menangis, apalagi mengingat saat ini Ayla baru selesai datang bulan, apakah perempuan jika sudah selesai datang bulan masih sensitif? Jika memang iya, sudah dipastikan nanti malam dirinya tidak akan mendapatkan pelukan hangat istrinya.

"Stttt sini biar umi saja mam" ucap umi sakinah dari belakang.

"Umi tolong bilang sama Ay, kalo Imam sama sekali tidak punya niatan sedikitpun buat poligami, Ayla pasti sudah salah faham Umi"

Umi Sakinah dapat melihat wajah kekhawatiran dari anaknya itu, Umi sakinah tersenyum ngetuk pintuk kamar Ayla.

"Sayang, ini Umi, Boleh Umi masuk?" Ujar Umi Sakinah dari luar.

"Bisa banget pake bawa-bawa Umi segala" Ayla kesal, ia buru-buru menghapus air matanya lalu bergegas membuka pintu kamar.

Ceklek

"Say..."

"Umi saja" potong Ayla cepat dengan wajah datarnya.

Umi sakinah terkikik geli melihat raut wajah Imam yang tadinya berbinar kini kembali meredup. Lalu Umi sakinah pun masuk ke kamar dan kembali menutup pintu kamar. Dia melihat mata menantunya membengkak, pasti habis nangis fikir Umi Sakinah.

"Menantu Umi saat ini, besok dan seterusnya hanya Ayla Himayra Jennaira seorang" ucap Umi Sakinah lembut sambil mengelus kepala Ayla dengan sayang.

Ayla mendongakkan wajahnya yang memerah menahan tangis. "Be-bener Umi?" Tanya Ayla dengan wajah sendunya.

"Iya dong, memangnya siapa yang bakalan ngegantiin menantu Umi yang cantik ini, Hem?"

"Te-tetapi Abang Imam tadi Nerima lamaran cewek tadi Umi" cicit Ayla pelan sembari menghapusair matanya yang menetes di pipinya. Umi Sakinah tersenyum, ia seperti sedang melihat Ayla yang sedang menjelma menjadi anak kecil, wajahnya sangat lucu dengan rona merah, mata bulat yang memerah dan membengkak, Uma menghapus air mata di wajah menantu tersayang nya itu.

"kata siapa? Siapa yang bilang gitu? Sini suruh mengahadap Umi sekarang, kalo Imam beneran nyakitin menantu Umi yang cantik ini, Umi orang pertama yang marahin dia"

Ayla kembali menangis sambil memeluk Umi Sakinah.

"Ta-tapi Umi tadi Ayla... Denger sendiri kok"

"Kamu salah faham nak, pasti kamu dengernya cuman setengah yah?" Tanya Umi Sakinah.

Ayla menganggukan kepalanya pelan.

"Mau dengerin ceritanya?"

"M-mau Umi"

"Biar Imam yang cerita yah?"

"Ga-gak mau Umi Ayla masih kesel sanag Abang"

Umi sakinah terkekeh geli, merasa gemas dengan Ayla yang seperti anak kecil.

"Biyarin Imam masuk yah sayang, dia frustasi tuh di luar, nanti dia yang ceritain semuanya sama kamu" bujuk Umi Sakinah.

Ayla akhirnya menganggukan kepalanya pasrah, umi Sakinah mencium kepala Ayla dengan sayang, kemudian beranjak dari duduknya untuk keluar kamar dan menyuruh Imam masuk.

Sisi Lain dari GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang