HATI

427 53 1
                                    

⚠️JANGAN LUPA VOTE!!!


"Kita tetaplah kita. Sampai kapan pun kau adalah kau yang berdiri dengan kakimu sendiri, bukan di atas punggung orang lain, bukan pula di belakang tubuh orang lain. Apakah kau lupa dengan nasihat orang terdahulu, Kahfi? Cintailah orang yang kaucintai sekadarnya, secukupnya saja, karena kebanyakan cinta di dunia ini berujung tidak berhasil, dan dari sekian banyak ketidakberhasilan itu kebanyakan pula disembahkan dengan rasa benci."

"Hei, kau laki-laki yang baik, Kahfi. Kau laki-laki yang berbeda. Perjalanan panjang yang menyakitkan telah mengajarkanmu banyak hal. Betapa banyak orang yang mengidolakanmu. Betapa banyak perempuan yang telah kaubuat jatuh hati. Hei, Fi, apakah kau pernah bertanya kepada hatimu sendiri? Apakah kau tidak pernah menyadari? Oh, sayang seribu sayang... kau bahkan tidak pernah peduli dengan isi hatimu, bukan?"

"Ashima, Sabrina, Azizah... kau mengenal nama-nama perempuan itu. Ketiganya mencintaimu. Apakah kau pernah bertanya kepada hati, siapakah orang yang duduk di dalam sana, di atas singgasana hatimu? Oh, Kahfi, jika kubelah hati itu, kemungkinan besar akan kutemukan Ashima di dalamnya. Bukankah kau selalu merasa nyaman ketika berada di dekatnya? Kau begitu senang mengajarkannya Islam, karena ada suatu harapan yang kautanamkan pada gadis itu?"

"Tetapi rasanya belum tentu juga. Bisa jadi aku menemukan Sabrina di dalam sana. Lihatlah, kau begitu bersedih ketika mengetahui gadis itu akan pergi, kau begitu merasa bersalah, kau memaafkan kesalahannya dan mengikhlaskan 100.000 kata yang kautulis demi melepasnya pergi. Siapa yang berani melakukan itu kalau bukan hati yang mendorong?"

"Atau bisa jadi pula aku menemukan Azizah di dalam sana. Bukankah hatimu menjadi buta karena tertinggal jauh dalam kenangan 3 tahun lalu? Dan bukankah ketika kaumembaca novel yang Azizah tulis, hatimu begitu terkesan? Bagaimana mungkin gadis itu masih setia dengan cintanya di atas hubungan rumah tangga yang telah berdiri? Itu pertanyaanmu kepadaku, bukan?"

"Hei, atau kau bahkan mencintai ketiganya, Kahfi? Atau mungkin tidak salah seorang pun dari mereka? Oh, tampaknya begitu berat urusan hati ini bagimu. Tapi ketahuilah, seperti yang kusampaikan dahulu, cinta adalah salah satu ujian paling berat dalam hidup. Jika kau memutuskan untuk jatuh cinta, hanya ada 2 kemungkinan yang dapat kauterima. Jika kau mampu menaklukkannya, maka beruntunglah kau. Tetapi jika kau tidak mampu menaklukkannya, maka terimalah keruntuhan atas perasaan yang telah kaubangun."

~

DEG...
Aku terbangun. Mimpi apa aku barusan? Sekujur tubuhku basah, keringat dingin mengguyur. Aku mengusapkan mata, menengok ke kanan dan kiri, gelap... orang itu tidak ada. Aku meraih ponsel di meja sebelah, mengecek jam, pukul 04:00 subuh.

Hatiku gelisah, akhirnya memutuskan bangkit, mengambil air wudu untuk melaksanakan tahajud, ini sungguh mampu membuat hati lebih tenang. Usai salat, aku merenung di atas sajadah, memikirkan mimpi barusan.

Azzam hadir dalam bunga tidur. Dia memakai pakaian serba putih, wajahnya berseri, dari tubuhnya aku mencium aroma kasturi yang begitu harum. Azzamlah yang mengatakan hal-hal tadi, urusan hati, perilah cinta. AH! Aku mengeluh, tidak mengerti. Akhirnya larut dalam lamunan demi mencerna semua kalimat yang kudengar dalam mimpi tadi.

Siapa orang yang menduduki hatiku? Entahlah. Terkadang aku juga mempertanyakannya. Begitu pentingkah urusan ini? Aku bangkit dari duduk, melipat sajadah, kembali ke atas ranjang. Tidak peduli. Ya, entah kapan aku akan peduli atas perasaan ini. Aku butuh sebuah ketukan keras, ketukan yang membangunkanku dari tidur, dari kebutaan hati.

DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang