Pukul 09.00
Aku mulai memasuki kereta, duduk di sebuah kursi yang bersampingan langsung dengan jendela. Di setiap gerbong kereta terdapat 48 kursi penumpang, bagian kanan berderet 12 baris kursi yang memanjang ke belakang, tiap 1 baris berisi 2 kursi, begitu pula dengan bagian kirinya.
Hanya sebuah tas berisi laptop dan 3 setel pakaian yang kubawa. Besok usai mengisi seminar aku akan kembali lagi ke Jakarta. Memang secepat itu. Tidak ada lagi yang kukerjakan di sana, hanya untuk mengisi seminar dan juga menemui Azizah.
"Excuse me." Seorang perempuan tiba-tiba menyentuh bahuku, berdiri di bagian luar kursi sambil menggandeng tas kecil berwarna putih.
"Ya?" Aku sontak menoleh, menatap kejut. Gadis yang menyentuh bahuku terlihat tegang. Wajahnya basah. Dia mengenakan pakaian serba hitam dengan selendang di kepala yang menutupi setengah rambutnya. Kemunculannya membuatku kaget.
"Boleh kita bertukar kursi? Saya ingin sekali duduk di dekat jendela." Gadis itu meminta. Cara dia berbicara terdengar sedikit asing, tidak seperti masyarakat lokal pada umumnya.
"Oh, boleh." Aku mengangguk, segera beranjak keluar dari kursi, mempersilakan gadis itu masuk dan duduk di kursiku.
Dia sebenarnya adalah penumpang yang duduk di bangku sebelahku. Jujur, aku tidak pernah suka duduk bersampingan langsung dengan jalan gerbong, sering kali terganggu dengan orang yang berlalu lalang. Tetapi demi menatap wajah lesu gadis itu, egoku mengalah. Wajahnya tampak menyedihkan, seperti ada yang tidak beres.
"Terima kasih," gadis itu menduduki kursiku.
Aku mengangguk, tersenyum tipis, kemudian ikut duduk di kursi sebelahnya. Gadis itu tampaknya bukan masyarakat lokal, dia lebih terlihat seperti orang barat, kulitnya putih kemerah-merahan, hidungnya mancung. Aku tak sengaja melihat rupanya sekilas, walau setengah wajahnya tertutup selendang hitam.
Foto gadis itu :
Aku diam. Mulut ini sebenarnya ingin sekali mengajak gadis di sebelah berbicara. Bukan maksud apa-apa, aku hanya tidak tega tiap kali melihat perempuan bersedih. Siapa tahu aku bisa mencairkan suasana hatinya?
10 menit, tidak ada perubahan, aku tetap diam. Kereta akhirnya mulai berjalan, melesat dengan kecepatan 80 km/jam. Perjalan ini akan menempuh waktu sekitar 10-11 jam. Aku akan sampai di Surabaya sekitar pukul 20:00 malam nanti.
^ ^ ^
Allahuakbar...
Allahuakbar...
Alarm azan zuhur di ponsel berbunyi. Sudah hampir 3 jam kereta melaju menuju Surabaya. Pemandangan ladang tampak indah sejauh mata memandang di luar sana. Sudah sampai di mana?Aku benar-benar baru terbangun, akhirnya memaksa diri untuk bangkit, hendak menuju toilet yang ada di bagian belakang gerbong. Awalnya aku berniat hendak mengambil air wudu dan melaksanakan salat. Tetapi baru saja beranjak dari bangku, langkahku dibuat tertahan, tercengang menatap pemandangan isi gerbong.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)
Spiritualité"𝘼𝙥𝙖 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙗𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩? 𝘼𝙩𝙖𝙪 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙙𝙞𝙖𝙢 𝙙𝙞 𝙩𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩? 𝘼𝙩𝙖𝙪 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣𝙠𝙖𝙝 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣...