SEMINAR

1.7K 279 5
                                    

⚠️JANGAN LUPA VOTE!!!


Pukul 12:40

Aku dan Ustaz Ali baru saja selesai melaksanakan salat zuhur di masjid. Kini kami berada di pendopo, jadwal makan siang bersama para santri sembari menunggu keberangkatan menuju lokasi acara.

Jujur, aku tidak pernah menyangka dengan reaksi para penghuni pesantren. Ternyata begitu banyak santri bahkan santriwati yang sudah mengenalku bahkan sebelum kedatangan ini. Sepertinya semua berkat gelar Santri Terbaik yang dinobatkan oleh yayasan kepadaku saat wisuda kelulusan dulu.

Gelar itu diberikan kepada satu orang santri di tiap-tiap angkatan. Siapa pun yang mendapatkan gelar Santri Terbaik, foto beserta namanya akan dipajang megah di mading sekolah. Mungkin itulah yang membuat para santri dan santriwati mengenalku.

Tapi muncul pula sebuah rasa curiga yang besar di dalam hatiku. Ada hal yang mengganjal, mengenai 7 orang santriwati yang mengintip-intip saat sarapan tadi. Tahu dari mana mereka bahwa aku dekat dengan Azizah? Itu cukup mengejutkan untukku. Apalagi ketika disebut kata "pacaran". Aneh. Kurasa ada rumor terkait hal ini yang menyebar setelah aku lulus. Dan mereka, 7 semprul santriwati tadi adalah adik kelas 2 tahun di bawah Azizah.

Menurutku cukup jelas, angkatan Azizahlah yang menyebarkan berita tidak berdasar itu hingga sampai ke telinga adik-adik kelasnya.

"Ustaz," Aku menegur Ustaz Ali setelah melamun cukup lama.

"Kenapa?" balas Ustaz Ali sembari menyuapkan makanan.

"Kalau boleh tahu, nama santriwati yang mengintip ana tadi pagi siapa, Ustaz?" Pertanyaan itu punya maksud, sebuah rencana sekaligus kesempatan yang sudah kupikirkan selama melamun panjang barusan.

"Yang mana satu?" Ustaz Ali bertanya balik.

"Yang mana saja, Ustaz. Di antara yang tujuh itu." jawabku.

"Humaira." Ustaz Ali menyebutkan salah satunya.

"Hmm, syuqran kalau begitu, Ustaz. Ana izin ke toilet dulu." Aku beranjak berdiri, membuat Ustaz Ali langsung terheran-heran.

Tak peduli, aku segera berjalan meninggalkan pendopo. Bukan menuju toilet, justru menuju pos perbatasan area santriwati. Aku tak mau Ustaz Ali tahu. Ini adalah rencana rahasia, skenario yang telah kususun. 7 santriwati tadi pasti mengenal Azizah, mengetahui tentang novel tadi pagi, hubunganku dengan kakak kelasnya, dan mungkin beberapa informasi lain.

"Assalamualaikum, Ukhti, boleh saya minta tolong untuk panggilkan Humaira?" 3 orang santriwati kebetulan lewat di depanku, aku segera meminta.

"Anta Muhammad Al-Kahfi, ya?" Salah satu dari mereka bertanya.

"Iya." Aku mengangguk. 3 gadis di hadapan seketika tersenyum-semyum.

"Yang namanya Humaira ada dua, Akhi. Yang Akhi maksud Humaira kelas 1 atau kelas 2?" Santriwati tadi bertanya kembali.

"Kelas...2." jawabku setelah berpikir sedikit rumit.

"Baik, Akhi, anta tunggu sebentar, ya. Biar ana panggilkan." 3 santriwati itu berbalik. Aku mengangguk.

"Assalamualaikum, Akhi. Anta mencari ana?" 7 orang santriwati muncul di belakangku setelah menunggu 5 menit. Merekalah 7 Semprul yang mengintipku di pendopo. Salah satu di antara mereka bertanya.

"Humaira?" Aku bertanya balik.

"Iya, Akhi. Ana Humaria, ada apa?" 7 santriwati dihadapanku menatap bingung, penasaran.

DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang