ISTANBUL

1K 149 7
                                    

⚠️JANGAN LUPA VOTE!!!


Jum'at, 18 Agustus 2017
Pukul 07:00 pagi waktu Turki

Pesawat yang kami tumpangi perlahan menyusut ke daratan. Roda berpacu dengan aspal jalur pendaratan. Langit cerah disertai sinar mentari yang sedang terbit tampak indah di balik jendela. Aku menelan ludah. 12 jam di perjalanan, tubuh rasanya seperti habis dipukul-pukul.

Ghava sibuk memerhatikan pemandangan di luar. Ponselnya ia tempelkan di kaca jendela, menyuting bagaimana proses pesawat turun hingga menyentuh tanah Istanbul.

Dari layar ponsel Ghava, aku melihat segerombolan burung yang terbang bersama-sama. Kepakan sayap mereka tampak indah, menyempurnakan pemandangan sunrise pagi ini.

Aku menarik headset di lingkar kepala, meletakkan kembali pada kantung penyimpanan kursi di hadapan. Rupanya tadi malam aku tertidur saat tengah menonton, dilanjut setelah melaksanakan salat subuh tadi pagi, kemudian melanjutkan film sebentar, lalu tertidur kembali.

Kuarahkan kepala ke sebelah kanan—tampak Azzam tengah sibuk dengan bukunya. Bukan buku milik adik sepupunya itu, melainkan buku berjudul aneh yang membuatku sedikit heran tadi malam. Entahlah, mungkin memang seleranya membaca buku-buku seperti itu. Lagi pula apa salahnya? Sebagian hatiku membantah pikiran buruk.

Pesawat perlahan berhenti, sampai di titik tempat pemarkiran. Ghava ikut menarik ponselnya, menghentikan perekaman yang sudah berdurasi lebih dari 10 menit. Kami sampai di İstanbul Atatürk Havalimanı (Bandara Ataturk Istanbul).

Tak tahu mengapa, mulutku terus memaksa membentuk senyum. Rasanya lega sekali memulai amanah yang Bunda berikan dahulu. Sekarang tubuhku sudah sampai di negara impian Bunda. Tak masalah ujian apa yang akan hadir di negeri ini nantinya. Yang terpenting aku sudah memenuhi salah satu keinginan terbesar Bunda.

Semoga negeri ini akan membawaku pada kebaikan, mempertemukanku dengan manusia-manusia hebat, teman-teman yang setia, juga cinta yang sejati...

Wahai Negeri Sultan Mehmed II... kuserahkan ragaku kepadamu. Bawalah aku pada rasa cinta umat manusia, serta pada ketulusan-ketulusan yang melebihi diriku sendiri.

^ ^ ^

30 menit setelah pesawat berhenti, para penumpang akhirnya diperbolehkan untuk turun. Pak Fadli mengiring kami ke tempat imigrasi, melewati proses pengecekan paspor dan beberapa hal lainnya. Setelah itu kami mengambil barang-barang yang diletakkan di bagasi. Masing-masing membawa 1 troli untuk meletakkan koper. Seluruh proses keluar selesai pada pukul 08:00.

"Kita sarapan dulu ya, Anak-Anak." seru Pak Fadli sembari berjalan mendorong trolinya. Kami semua mengikuti.

Udara pagi itu tidak terasa terlalu panas maupun dingin. Sedikit hangat. Suhu hanya mencapai 24 derajat celsius. Turki masih berada di peralihan musim panas ke musim gugur pada bulan itu. Suhu udara tentunya tetap lebih sejuk dibandingkan di Jakarta.

Kami sampai di depan sebuah restoran, restoran kebab yang aroma harum makanannya sudah tercium jauh sebelum kami sampai. Pak Fadli mengajak masuk, memilih meja berisi 6 kursi saling berhadapan.

Pukul 08:15 waktu Turki, makanan yang Pak Fadli pesan untuk kami akhirnya datang. Pelayan menurunkan 2 piring besar berisikan daging sapi panjang, roti-roti, nasi, dan sayur-sayuran.

DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang