⚠️JANGAN LUPA VOTE!
•
•
•Aku mulai melangkah masuk ke dalam restoran tempat berkumpul, lanjut menuju meja yang sudah diisi 4 pria yang akan menjadi teman beasiswaku nanti. Troli kutinggalkan di depan pintu yang tidak jauh dari meja mereka.
"Assalamualaikum, Bro!" Aku menyapa sesampainya di meja.
"Wah, waalaikumussalam!" 4 pria di hadapan menjawab serentak.
"Kau Kahfi, kan?" Salah satu dari mereka memastikan.
"Iya, salam kenal, ya!" Aku menyalami mereka satu persatu, kemudian duduk di satu kursi yang kosong.
"Pak Fadli belum sampai?" Aku menyebut nama pria yang akan memandu kami ke Turki.
"Nih barusan aku chat katanya 7 menit lagi baru sampai." Salah seorang dari 4 pria di hadapan menjawab.
Hening...
Kami semua terdiam, sibuk dengan ponsel masing-masing. Kali itu adalah pertemuan pertama. Tak terasa sedikit pun aura keakraban dan sialnya juga tak ada yang membuka obrolan. 5 pria di sana tidak pernah mengenal satu sama lain sebelumnya, belum ada yang pernah berteman. Kami benar-benar baru disatukan di sana.
"Eh, ada roti, nih. Tadi ibuku bawakan buat kalian." 5 menit berlalu, akhirnya obrolan kembali terbuka. Pria yang duduk di sebelah kananku mengeluarkan 5 bungkus roti dari dalam tas tenteng di bawah bangkunya.
"Wah, terima kasih!" Masing-masing kami mengambil.
"Temani aku, dong, mau tukar uang lira di money changer, buat jajan nanti kalau sudah sampai di sana." Pria yang baru memberi roti kembali berseru.
"Ayo, aku ikut!" Aku menyahut semangat. Hal seperti ini yang kutunggu dari tadi, hal-hal penggilir keakraban, walau bukan aku yang membuka.
"Yuk!" Pria itu mulai beranjak, disusul denganku. 3 teman lainnya tetap menunggu di sana.
Aku dan pria itu mulai berjalan keluar dari restoran. Troli yang kuletakkan di luar kumasukkan terlebih dahulu ke dalam persis di belakang meja makan kami.
Jujur saat itu aku tidak mengenal siapa sosok lelaki yang kutemani ke money changer. Lupa namanya. Padahal kami sudah sempat berteman lewat media sosial beberapa hari yang lalu. Bahkan aku sempat melihat wajahnya dari foto unggahannya, juga dengan 3 pria lainnya. Namun entah mengapa kini sudah terlupa saja.
"Di mana, ya, money changer?" Pria itu bertanya setelah keluar beberapa langkah.
"Itu di situ!" Aku menunjuk suatu spot di area ATM yang bentuknya mirip sebuah toko. Kami segera berjalan ke sana.
"Siang, Mbak. Kalau boleh tahu, 1 lira Turki berapa rupiah, ya?" Pria yang kutemani sudah berdiri tegap di hadapan meja penukaran yang dibatasi dengan kaca.
"Siang juga, Kak. 1 lira Turki jika dirupiahkan pada hari ini menjadi sebesar 3.798 rupiah. Kalau ingin tukar uang boleh isi formulir ini terlebih dahulu." Pegawai wanita di balik kaca menyerahkan secarik kertas dan pena dari lubang kecil.
Pria yang kutemani tanpa banyak bicara segera mengisi formulir. Dia tampak berpengalaman. Aku hanya diam memperhatikan. Entah apa yang diisi dalam kertas itu, tak lama kemudian langsung diserahkan kembali kepada pegawai wanita di hadapan. Aku sungguh tidak berpengalaman sepertinya, belum ada persiapan juga mengenai hal-hal semacam ini sebelum berangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)
Spiritual"𝘼𝙥𝙖 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙖𝙗𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙙𝙖𝙥𝙖𝙩 𝙙𝙞𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩? 𝘼𝙩𝙖𝙪 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙚𝙧𝙙𝙞𝙖𝙢 𝙙𝙞 𝙩𝙚𝙢𝙥𝙖𝙩? 𝘼𝙩𝙖𝙪 𝙢𝙪𝙣𝙜𝙠𝙞𝙣𝙠𝙖𝙝 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙏𝙪𝙝𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣...