DI SINI

551 113 16
                                    

⚠️JANGAN LUPA VOTE!!!


Lepas petang ditelan malam, aku bersembunyi di gudang penyimpanan rumah Ashima. Semua sudah jelas. Apa yang kucari-cari sudah ditemukan. Tidak tahu harus merespons apa, aku benar-benar merasa begitu bodoh setelah melihat semua hal yang ada dalam perjalanan padat ini.

Sore tadi, setelah 1 jam aku dan Ashima bercerita sambil bergelantung di atas pohon, Ashima memutuskan untuk mengenalkanku pada ibunya. Dengan perasaan takut, aku hanya datang membawa mulut terkunci dan kepala tertunduk.

Kedua mata ibu Ashima berkaca-kaca melihatku. Katanya dia seperti menemukan rupa mantan suaminya dalam wajahku. Oh Tuhan, tanggapan seperti apa yang pantas kuberikan atas perpisahan 2 hati yang mengenaskan itu?

2 perempuan yang kutemui hari ini begitu jatuh cinta dengan agama. Sayangnya cinta mereka dilumpuhkan oleh latar belakang, tempat tinggal, nasib, serta keturunan. Ibu Ashima sampai detik ini masih menyimpan keislamannya. Dia tetap beragama secara diam-diam.

Aku diterima begitu baik. Ibu Ashima sangat senang ketika mengetahui aku telah mengajarkan putrinya tentang Islam. Itulah impiannya dari dulu. Namun semua terhambat oleh risiko besar yang diterapkan desa. Ditambah pula dengan abang Ashima yang kini menjadi salah satu pemburu desa yang disegani karena mendapat tugas sebagai penghukum para penduduk desa yang menentang aturan.

Lantas bagaimana mungkin seorang penghukum memiliki keluarga yang hobi menentang hukum? Maka, bagi ibu Ashima, menunjukkan keislaman kepada putranya sendiri adalah masalah terbesar. Semua akhirnya tetap dilakukan secara diam-diam.

Besok aku akan kembali ke Istanbul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besok aku akan kembali ke Istanbul. Aku sudah memesan tiket kereta Kota Kars menuju Istanbul pukul 10 pagi. Sulit sekali menemukan sinyal di sini. Butuh setengah jam untuk menemukan jaringan internet di atas pohon.

Besok sebelum waktu subuh tiba, aku harus bergegas keluar dari desa. Ashima akan menemani sampai aku dijemput oleh delman langganannya di tengah hutan tempat aku diturunkan waktu itu. Rute yang akan dilewati masih sama. Namun bedanya, besok aku harus menumpang mobil pengangkut hasil kebun dengan angkutan yang sudah terisi oleh berbagai tanaman hasil perkebunan.

Tapi ya sudahlah. Semoga saja tanaman hasil perkebunan bisa menjadi selimut penghangat dalam perjalanan menuju Kota Kars yang harus melewati wilayah-wilayah sedingin kulkas.

Sekitar pukul 8 malam, seluruh penerangan desa dipadamkan. Tak boleh ada obor yang tersisa, bahkan di dalam rumah sekali pun. Aku pelan-pelan mengintip dari sepetak jendela kecil di tengah tembok gudang. Jalanan tampak sedikit terang oleh gemerlap rembulan.

Aku kembali lagi pada posisi awal, berbaring di balik peti-peti besar. Sungguh aku tak bisa tidur saat ini. Walau mata sudah seberat ditimpa gajah, pikiranku menolak paksa.

DI MANA KUMENJEMPUT SURGA? (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang