Bab 7

26.1K 1.6K 48
                                    

Di kantin, Revan dan 3 temannya itu duduk di tempat kosong.

(Btw mereka bertiga emang udah sahabatan sama Revan asli dari lama)

"Mau pesen apa?" Tanya Satya sambil berdiri

"Samain" Ucap Revan

Satya mengangguk dan berjalan ke stan makanan.

Tak lama setelah Satya pergi, ketiga adik Revan datang dengan teman temannya.

"Ninggalin" Ucap Arfan

"Kenapa" Balas Revan

"Gapapa" Ucap Arfan

Mereka pun duduk di kursi kosong.

Tak lama, Satya datang membawa pesanan temannya.

"Lah baru dateng, tau gitu sekalian tadi...pesen sendiri sana" Ucap Satya, lalu memberikan pesanannya pada Revan, Felix, dan Sean

Mereka hanya mengangguk.

.

.

Bel pulang berbunyi, semua siswa berhamburan menuju parkiran.

Revan hanya berjalan dengan santai.

Tanpa basa basi, ia langsung mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi meninggalkan ketiga adiknya. Bukan apa, tapi ia sedang benar benar merasa malas sekarang.

Sedangkan yang ditinggalkan hanya menghela nafas. Kemudian segera menyusul sang kakak.

.

.

Di tengah jalan, ia dengan tiba tiba mengerem mendadak. Hingga ketiga adiknya yang sudah menyusul dengan kecepatan tinggi, langsung ikut mengerem mendadak.

Tanpa kata, Revan langsung berlari menuju sebuah gang. Arfan dan si kembar pun berlari menyusul sang kakak.

Revan masuk ke gang itu, tanpa aba aba dia langsung menendang kencang seorang pria yang akan memukul seorang anak laki laki.

Pria itu langsung jatuh tersungkur.

Sedangkan Revan, ia hanya menampilkan wajah dingin.

"Kau! Apa apaan kau hah! Cari mati?!" Ucap pria itu sambil mencoba berdiri

Revan yang sudah tak bisa menahan emosinya, langsung memukul pria itu secara membabi buta.

Arza langsung menutup mata anak tadi, dan Aron menutup telinganya.

Melihat Revan yang terus memukul tanpa ampun, dan pria tadi yang sudah pingsan, Arfan dengan segera langsung menghentikannya. Ia menarik lengan Revan sedikit kencang

Revan yang masih belum sadar hampir saja akan memukul Arfan, jika saja Arfan tak memiliki reflek yang bagus untuk menghindar.

"Tenang!" Ucap nya datar

Meski begitu matanya memancarkan kekhawatiran.

Revan hanya menghela nafas kasar. Kemudian berjalan ke arah anak kecil berumur 5 tahun tadi yang sekarang sudah bergetar ketakutan.

Dengan lembut, Revan mengelus rambut anak itu, hingga anak itu perlahan mulai tenang.

"Hiks.."

Sebuah isakan lolos begitu saja dari bibirnya, membuat mata Revan ikut berkaca kaca ketika ia juga mengingat masa lalunya.

"Sstt...kamu udah aman" Walau sedikit kaku, tapi sebisa mungkin Revan berkata dengan lembut

Anak tadi semakin menangis terisak.

Transmigrasi Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang