Bab 3

41.9K 2.3K 69
                                    

Di kamar Revan, ia hanya diam sambil menatap dirinya di cermin kamar mandi.

"..."

Ia mulai berjalan ke kasur dan tertidur.

.

.

Malam hari..

Tok tok..

Bian mengetuk pintu kamar Revan.

Revan yang mendengar itu pun langsung terbangun.

Dengan langkah gontai, ia berjalan dan membuka pintu kamar.

"Makan malam" Ucap Bian

Revan hanya mengangguk angguk dan kembali menutup pintu.

Bian yang melihat itu hanya terkekeh.

"Imut" Gumamnya, kemudian berjalan menuju meja makan

Setelah cuci muka, Revan berjalan menuju ruang makan.

Begitu sampai, ia berjalan ke tempat duduk nya. Tapi karena ia sedang melamun, ia malah tersandung kakinya sendiri dan terjatuh dengan posisi dahi lebih dulu terbentur.

Bruk..

Anggota keluarga yang memang sudah berada di meja makan langsung menghampiri Revan dan membantunya berdiri.

Revan hanya menampilkan wajah datar. Yah...menurutnya ini tidak sakit sama sekali, bahkan ia pernah merasakan yang lebih parah dari ini.

"Kamu gak papa? Nah kan dahi nya jadi merah tuh...kamu sih lagian gak hati hati...ngelamun ya?" Omel Syifa dan membawa Revan duduk di kursi meja makan

"Maaf.." Ucap Revan dengan suara kecil

"Habis makan malam selesai, mommy obati"

Revan hanya mengangguk.

Makan malam pun dimulai setelah semuanya berkumpul.

.

.

Selesai makan malam, seperti biasa, mereka berkumpul di ruang keluarga.

Syifa mulai mengobati kemerahan yang ada di dahi Revan. Sedangkan Revan hanya diam dengan wajah datarnya.

"Makanya, lain kali itu hati hati, jangan banyak ngelamun gitu. Entar kalo kamu malah dapet luka lebih parah gimana? Kalo kesurupan gimana hayo? Emang mau? Engga kan? Lain kali hati hati"

Syifa terus mengomel sambil mengobati Revan.

Jujur saja, telinga Revan sedikit panas mendengar omelan Syifa. Tapi mau bagaimana lagi? Ini kan juga salahnya.

Sedangkan yang lain hanya terkekeh kecil.

.

Setelah mengobati Revan, yang lain pun lanjut mengobrol. Sedangkan Revan kembali melamun.

Ia hanya berfikir, bagaimana jika keluarga Alfan mengetahui jika dia sebenarnya bukan Alfan? Apa yang akan dia lakukan setelah itu? Bagaimana jika mereka tak terima dan mengusirnya? Apa yang akan ia lakukan jika mereka menuntut untuk mengembalikan Alfan? Ia sungguh bingung. Ia tak tahu harus apa.

Sungguh, ia lebih baik tersiksa di hidupnya yang sebelumnya dari pada harus begini.

.

Sibuk melamun, ia tak menyadari bahwa semua anggota keluarga nya? Sedang menatapnya.

Syifa yang khawatir langsung menepuk pelan pundak Revan. Revan pun tersadar dari lamunannya.

"Melamun hm?" Ucap Alex dengan nada yang sedikit lembut

"Kenapa melamun Al? Apa yang kamu pikirin? Dari kemarin kamu bayak melamun...lagi mikirin apa? Jangan bikin khawatir gini Al.." Syifa menatap khawatir ke arah Revan

Sedangkan Revan hanya menggeleng pelan.

"Gapapa" Hanya itu yang bisa ia jawab

Syifa menghela nafas.

'Entah kenapa...aku merasa asing dengan Al setelah ia sadar dari koma nya' batin Syifa

"..Al ke kamar dulu..udah ngantuk" Ucap Revan

Mereka pun mengangguk.

Revan langsung berdiri dan berjalan masuk ke lift. Setelah itu, ia memasuki kamarnya dan mengunci pintu.

Sedangkan di ruang keluarga, terjadi hening.

"Mas...aku khawatir ada apa apa sama Revan" Ucap Syifa memecah keheningan

"Udah gapapa...mungkin dia emang lagi butuh beradaptasi aja di sini. Dia pasti ngerasa asing karena ingatannya belum pulih" Ucap Feyla menenangkan Syifa

Syifa hanya mengangguk.

Mereka mulai berjalan ke kamar masing masing karena hari sudah semakin larut.

Sedangkan di kamar Revan, ia duduk bersender di pintu kamarnya.

Tanpa sadar, ia kembali mengingat potongan ingatan kenangannya bersama orangtua nya dulu ketika ia berusia 5 tahun.

Flashback

Di sebuah taman..

"Ayo papa...katanya mau main, ayo papa.." Seorang anak terus menarik narik baju sang ayah, ia adalah Revan

"Iya sabar boy.."

Mereka berdua mulai berjalan ke sebuah seluncuran. Sang ayah menunggu Revan meluncur.

Mereka berdua tertawa bersama. Sedangkan sang ibu hanya tersenyum lebar karena merasa senang melihat keharmonisan keluarganya.

Flashback off

Mata Revan berkaca kaca ketika mengingat kenangan itu.

"..andai waktu itu gak terjadi..." Ia bergumam dengan tangan terkepal erat

"Kalau aja...kalau aja gue bisa dapetin informasi itu. Kalau aja gue gak sebodoh ini.." Ia terus saja bergumam sambil memaki dirinya sendiri

Kemudian, ia berjalan menuju laptop milik Alfan.

Ia mulai membukanya dan mengetikkan kode kode di keyboard dengan lihai.

5 menit kemudian, ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan.

"..mereka...gak akan gue biarin lolos" Ucap Revan dengan mata yang memancarkan kebencian mendalam

Setelah menyimpan itu, ia segera keluar dari akun nya dan menutup laptopnya. Kemudian mulai tidur.

.

.

Jangan lupa vote

Transmigrasi Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang