Bab 5

30.6K 1.9K 30
                                    

~Happy reading~



Bel istirahat berbunyi.

Semua murid berlari cepat menuju kantin.

Revan langsung melipat tangan nya di meja dan menelungkupkan kepalanya.

Masih dengan posisi seperti itu, hingga ada seseorang yang mengelus pelan kepalanya.

Ingin ia marah, tapi begitu tahu bahwa itu adiknya, ia mengurungkan niatnya.

"Kantin. Makan" Ucap Arfan datar

Di belakangnya ada dua adik kembarnya.

Revan yang sedang malas untuk makan atau beranjak, ia hanya menggeleng.

"Gak laper. Kalian aja" Ucapnya datar

"Makan." Ucap Arfan

Revan menghela nafas, kemudian kembali menggeleng.

"Ck.." Arfan hanya berdecak, kemudian menatap ke arah 2 curut- emmm maksudnya ke arah 2 adiknya

Dua kembar yang tahu apa maksud dari kakak keduanya itu pun mengangguk.

Sedetik kemudian, mereka menarik kedua tangan Revan. Revan yang tak siap pun terkejut dan hampir terjatuh. Untung saja Arfan mempunyai refleks yang bagus, jadi ia segera menahan tubuh Revan.

Revan yang sempat loading pun tersadar. Kemudian berdecak kesal.

"Ngapain" Ucapnya datar

Ketiga adik laknatnya itu tersenyum miring.

"Ma-kan" Tekan mereka bertiga

Revan menghela nafas.

"Gak nafsu" Ucap Revan

"Gue bilangin mama" Ucap Aron

Lagi, Revan berdecak kesal. Akhirnya, ia hanya pasrah dan berjalan dengan ke kantin tanpa mempedulikan mereka.

Arfan dan si kembar pun berjalan mengikuti Revan.

Sampai di kantin, ia langsung duduk. Sedangkan Arza yang memesan makanan.

Di meja mereka, hanya hening. Hingga ponsel Revan berbunyi menandakan pesan masuk.

Revan membukanya. Tak lama setelah ia membaca pesan itu, wajahnya menunjukkan keterkejutan. Tapi ia kembali mendatarkan wajahnya. Dan itu disadari oleh Arfan dan Aron.

"Kenapa" Ucap Arfan dan Aron bersamaan

Revan hanya menggeleng, ia kembali menyimpan ponselnya. Sekarang ekspresinya menjadi lebih dingin setelah membaca pesan itu.

Arfan dan Aron yang melihat itu hanya menghela nafas.

Tak lama, pesanan pun datang. Mereka makan dengan tenang.

Setelah makan, mereka akhirnya membuka ponsel masing masing. Sibuk dengan  kegiatan masing masing.

Sedangkan Revan, mati matian ia menahan kejolak kemarahan yang sedari tadi terasa ingin sekali ia lampiaskan.

'Tua bangka sialan!' batinnya emosi

Untunglah, bel masuk berbunyi. Dengan segera, Revan berdiri dan berjalan cepat menuju kelasnya. Jika ia semakin berdiam diri di sana, yang ada emosinya malah semakin memuncak.

Sedangkan Arfan dan Si kembar hanya menghela nafas.

"Gak mau cerita" Ucap Arfan

Aron dan Arza mengangguk.

Mereka pun akhirnya berjalan menuju kelas masing masing.

.

.

Transmigrasi Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang