~Happy reading~
Bel istirahat berbunyi.
Semua murid berlari cepat menuju kantin.
Revan langsung melipat tangan nya di meja dan menelungkupkan kepalanya.
Masih dengan posisi seperti itu, hingga ada seseorang yang mengelus pelan kepalanya.
Ingin ia marah, tapi begitu tahu bahwa itu adiknya, ia mengurungkan niatnya.
"Kantin. Makan" Ucap Arfan datar
Di belakangnya ada dua adik kembarnya.
Revan yang sedang malas untuk makan atau beranjak, ia hanya menggeleng.
"Gak laper. Kalian aja" Ucapnya datar
"Makan." Ucap Arfan
Revan menghela nafas, kemudian kembali menggeleng.
"Ck.." Arfan hanya berdecak, kemudian menatap ke arah 2 curut- emmm maksudnya ke arah 2 adiknya
Dua kembar yang tahu apa maksud dari kakak keduanya itu pun mengangguk.
Sedetik kemudian, mereka menarik kedua tangan Revan. Revan yang tak siap pun terkejut dan hampir terjatuh. Untung saja Arfan mempunyai refleks yang bagus, jadi ia segera menahan tubuh Revan.
Revan yang sempat loading pun tersadar. Kemudian berdecak kesal.
"Ngapain" Ucapnya datar
Ketiga adik laknatnya itu tersenyum miring.
"Ma-kan" Tekan mereka bertiga
Revan menghela nafas.
"Gak nafsu" Ucap Revan
"Gue bilangin mama" Ucap Aron
Lagi, Revan berdecak kesal. Akhirnya, ia hanya pasrah dan berjalan dengan ke kantin tanpa mempedulikan mereka.
Arfan dan si kembar pun berjalan mengikuti Revan.
Sampai di kantin, ia langsung duduk. Sedangkan Arza yang memesan makanan.
Di meja mereka, hanya hening. Hingga ponsel Revan berbunyi menandakan pesan masuk.
Revan membukanya. Tak lama setelah ia membaca pesan itu, wajahnya menunjukkan keterkejutan. Tapi ia kembali mendatarkan wajahnya. Dan itu disadari oleh Arfan dan Aron.
"Kenapa" Ucap Arfan dan Aron bersamaan
Revan hanya menggeleng, ia kembali menyimpan ponselnya. Sekarang ekspresinya menjadi lebih dingin setelah membaca pesan itu.
Arfan dan Aron yang melihat itu hanya menghela nafas.
Tak lama, pesanan pun datang. Mereka makan dengan tenang.
Setelah makan, mereka akhirnya membuka ponsel masing masing. Sibuk dengan kegiatan masing masing.
Sedangkan Revan, mati matian ia menahan kejolak kemarahan yang sedari tadi terasa ingin sekali ia lampiaskan.
'Tua bangka sialan!' batinnya emosi
Untunglah, bel masuk berbunyi. Dengan segera, Revan berdiri dan berjalan cepat menuju kelasnya. Jika ia semakin berdiam diri di sana, yang ada emosinya malah semakin memuncak.
Sedangkan Arfan dan Si kembar hanya menghela nafas.
"Gak mau cerita" Ucap Arfan
Aron dan Arza mengangguk.
Mereka pun akhirnya berjalan menuju kelas masing masing.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Boy [END]
FantasíaTentang seorang bernama Revandra Alvaro Bagastra, yang sekarang marga Bagastra itu sudah ia hapus. Pemuda berumur 18 tahun itu memiliki sifat dingin dan datar, serta acuh pada yang menurutnya bukan urusannya. Orang tuanya sudah tidak ada karena kece...