.
.
.
.
Esoknya, benar saja, tubuh Revan terasa berat.
Rasanya ia tak sanggup hanya untuk berjalan menuju kamar mandi.
Ia membuka nakas dan mengambil sebutir obat, kemudian meminumnya tanpa air.
Ia kembali berbaring.
Beberapa menit kemudian, ia kembali bangun dan berjalan menuju kamar mandi.
.
.
.
Sampai di ruang makan, ia langsung duduk. Semuanya sudah berkumpul, ia yang terakhir.
"Al...kenapa? Muka kamu kok pucet?" Tanya Syifa
"Gapapa" Jawab Revan
"Jangan bohong"
"Serius gapapa. Orang gak ngerasa apa apa kok" Ucap Revan dengan wajah meyakinkan
Mereka hanya menghela nafas dan mengangguk percaya.
Sarapan pun dimulai.
Selesai sarapan, mereka melanjutkan rutinitas masing masing.
Sedangkan Revan langsung berjalan menuju kamarnya, karena memang ia masih tak diperbolehkan untuk sekolah.
Sampai di kamar, ia duduk di kasur. Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering menandakan telepon masuk.
Ia pun mengangkatnya.
"Apa"
"Uangnya dah gue transfer, ya gue tau sih itu lebih kecil dari uang keseharian lo, terima aja lah"
"Siapa yang bilang kecil"
"Ck...udah pokonya terima aja...btw jangan lupa entar kumpul lagi yak, dah lama gak ketemu. Sekalinya ketemu cuma buat misi doang"
"Iya"
Setelah itu, Revan langsung menutup teleponnya.
Lagi, orang diseberang sana yang tak lain adalah Rendy pun berdecak kesal.
"Kebiasaan..awas aja entar kalo ketemu gue getok palanya" Ucapnya kesal
(Eleh ujung ujungnya gak berani 😒)
Sedangkan Revan, ia langsung merebahkan diri dan lanjut bermain ponsel.
Baru beberapa menit, kepalanya kembali terasa berat. Ia menaruh ponselnya dan memegang kepalanya.
"Shh..napa sih.." Gumamnya
'Lo kecapean goblok! Lagian pake acara nekat ikut misi lo!'
"Ck..berisik lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Boy [END]
FantasyTentang seorang bernama Revandra Alvaro Bagastra, yang sekarang marga Bagastra itu sudah ia hapus. Pemuda berumur 18 tahun itu memiliki sifat dingin dan datar, serta acuh pada yang menurutnya bukan urusannya. Orang tuanya sudah tidak ada karena kece...