.
.
.
Sebelumnya..
Revan menggeleng.
Ia mulai bergerak gelisah ketika mengingat hal itu.
"Itu.."
.
.
Lanjut..
"Jangan coba buat menghindar" Ucap Ana
"Bener itu kamu?" Tanya Syifa sekali lagi dengan nada yang mulai bergetar
Dengan pelan, Revan kembali mengangguk.
Sedetik kemudian, ia langsung terdiam ketika Syifa dan Ana memeluknya.
"Kenapa disembunyiin sendiri? Siapa yang suruh anak sekecil itu buat kerja sampe luntang lantung gitu?! Kenapa mereka tega banget sama kamu?!" Syifa menangis sambil memeluk erat Revan
Sedangkan Revan hanya diam. Ia tak mengira bahwa reaksi mereka akan seperti ini. Ia pikir mereka akan menatapnya jijik seperti orang orang saat itu.
"Kalian...ngga jijik?" Tanya Revan dengan suara bergetar
Syifa dan Ana langsung melepas pelukannya.
"Ngapain jijik? Anak kecil kaya gitu harusnya main, bukan malah pergi luntang lantung kaya gitu! Siapa yang suruh kamu?!" Tanya Syifa
Revan hanya menunduk.
Tak mungkin ia mengatakan semuanya, itu hanya akan membuatnya..mengingat kenangan buruk.
Ia memejamkan mata mencoba menghilangkan pikiran pikiran negatif di otaknya.
"Al...kita udah jadi keluarga kamu! Jangan sungkan seakan kita ini orang asing!" Ucap Feyla
Revan terdiam.
"Coba bilang...siapa yang suruh kamu waktu itu? Apa aja yang mereka lakuin ke kamu?" Tanya Syifa dengan nada lembut
Mata Revan berkaca kaca. Ia mendongak agar air matanya tidak nenetes.
Ia menghela nafas berkali kali.
"Cuma orang a-asing brengsek" Ucap Revan
"Kamu emang bisa bohongi kami, tapi kamu ngga bisa bohongi diri kamu sendiri" Ucap Evan
Revan kembali terdiam.
"Ayo...gapapa jujur aja.." Ucap Ana lembut
Revan menghela nafas.
"Memukul, memaksa, mencaci, menampar, membiarkan kelaparan, dipaksa bekerja, disuruh menjadi pengemis, harus berpenampilan menyedihkan, kalau melawan akan dihukum, tidak boleh bermain, tidak boleh pergi tanpa izin, dipukul habis habisan jika tak mendapat uang, bekerja tanpa henti, di-"
Belum selesai Revan berbicara, ia sudah dipeluk erat oleh Alex.
Bahkan ia baru menyadari, bahwa sedari tadi air matanya menetes.
"Sstt..udah, cukup.." Ucap Alex tepat di samping telinga Revan
Revan kembali menangis tanpa suara. Ia menahan isakan dengan menggigit kuat bibir bawahnya.
Tanpa sadar, bibirnya terluka dan darah menetes membasahi baju Alex.
"Jangan digigit.." Aland yang melihat itu langsung memasukkan ibu jarinya ke mulut Revan
Revan hanya bisa terdiam.
Sedetik kemudian, isakan terdengar di ruangan itu.
Mereka hanya bisa memeluk dan menepuk nepuk pundak maupun punggung Revan sambil mengucapkan kata kata penenang.
Beberapa saat kemudian, tangisan Revan mulai berhenti.
Ia diam termenung. Entah apa yang ada di pikirannya.
.
.
PRANG!
"Sialan! Kenapa mereka malah semakin menyayangi mu?! Hidupmu tak akan tenang!" Pria itu melemparkan berang barang yang berada di sekitarnya dengan emosi
.
.
.
~TBC~
.
.
.
Jangan lupa votee
(Ini mah pendek banget 😭 maafffff tapi otakku sedang buntuuuu...tolong kasih sarannya lewat dm, sedang butuh sekaleee)

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Boy [END]
FantasíaTentang seorang bernama Revandra Alvaro Bagastra, yang sekarang marga Bagastra itu sudah ia hapus. Pemuda berumur 18 tahun itu memiliki sifat dingin dan datar, serta acuh pada yang menurutnya bukan urusannya. Orang tuanya sudah tidak ada karena kece...