Bab 8

24.4K 1.6K 19
                                    

Selesai makan malam, seperti biasa mereka berkumpul di ruang keluarga.

"Gimana sekolah kalian?" Tanya Damar pada Revan dan tiga adiknya

"Biasa" Jawab mereka kompak

Damar mengangguk.

"Dan kalian...apa ada masalah di pekerjaan?" Tanya Damar lagi pada Aland dan dua adiknya

"Gak ada" Jawab mereka bersamaan

Damar kembali mengangguk.

Para wanita pun mulai berbincang. Sedangkan para lelaki hanya menyimak.

Sedak asyik melihat istrinya, pandangan Alex melihat ke arah Revan yang terlihat sedang...emm...seperti ingin membunuh orang saja.

"Ada sesuatu?" Tanya Alex

Pertanyaan Alex membuat semuanya melihat ke arah pandang Alex, yaitu Revan.

Revan yang menyadari itu sedikit gugup. Ingat, sedikit.

"Ruang bawah tanah" Jawab Revan

Yang lain terdiam.

"Besok saja ya? Ini udah malam loh.." Ucap Syifa khawatir

Revan menggeleng pelan.

"Sekarang" Ucap Revan

Alex menghela nafas, kemudian menatap ke arah Damar. Damar pun mengangguk.

Alex kembali melihat ke arah Revan, kemudian mengangguk.

Syifa yang melihat itu menjadi semakin khawatir.

"Mas.." Panggil nya pada Alex

Alex hanya menatapnya lembut pertanda tidak apa apa.

Revan yang mendapat izin pun langsung pamit dan berjalan cepat menuju ruang bawah tanah.

Alex langsung berdiri dan berjalan mengikutinya. Dia tidak bodoh untuk membiarkan anaknya sendirian. Takut takut nanti Revan malah langsung membunuh bajingan tadi, itu tidak seru.

Revan akhirnya sampai di depan penjara pria itu. Ia perlahan masuk ke dalam.

Dapat ia lihat, tubuh pria itu sudah babak belur karena terus dipukuli oleh bawahan keluarganya.

Melihat pria itu masih belum sadarkan diri, Revan langsung mengeluarkan revolver nya dan menembak kaki pria itu.

Dor..

Pria itu berteriak kesakitan dan langsung terbangun.

"Apa yang kau lakukan sialan!" Ucap pria itu sambil menatap tajam Revan

"Hanya bermain" Jawab Revan dingin sambil melempar lempar revolver nya ke udara

"Lepaskan aku sialan!" Umpat pria itu lagi

Revan langsung berhenti. Kemudian menatap dingin dan tajam ke arah pria itu.

Aura membunuhnya sedikit keluar, hingga membuat pria itu merasa tertekan.

"Bajingan seperti mu tak pantas hidup dan dilepaskan" Ucap Revan dingin

Revan mengeluarkan pisau lipatnya, ia mulai menyayat bagian tubuh pria itu. Juga, memotong kedua tangannya.

Pria itu hanya bisa meringis dan berteriak kesakitan.

Tak puas dengan itu, setelahnya ia memotong kedua kaki pria itu. Masih kurang cukup, baru saja ia akan melanjutkan.

Tapi setelah itu pundaknya ditepuk oleh Alex.

"Udah, cukup" Ucap Alex

Revan menggeleng.

Transmigrasi Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang