Baca sambil rebahan itu enak kan? Silakan dibaca~
.
.
.
Revan terbangun. Sungguh, hari ini perasaannya tidak enak. Entah kenapa ia merasa gelisah.
'Mau gue gantiin? Lo istirahat aja'
"Gak usah"
'Ck...keras kepala lo!'
"Gak peduli"
'Gue cuma mau lo istirahat'
"Udah barusan"
'Ck...batu lo!"
"Gak peduli"
'Sekali lagi lo ngomong gitu, kesadaran lo gue ambil paksa!'
Revan langsung terdiam.
Tak lama, pintu kamarnya terbuka. Syifa dan Arza masuk ke dalam kamar.
Syifa langsung mengecek suhu tubuh Revan.
"Hm...udah mendingan..sekarang makan malem dulu ya?"
"Di ruang makan" Ucap Revan
"Di sini aja, nanti kalo jatoh gimana?"
"Ruang makan" Kekeh Revan
'Keras kepala lo! Tinggal dengerin dan makan di sini aja ribet amat. Nurut sana!'
Revan tak mempedulikan perkataan itu.
"Ruang makan" Ucap Revan lagi
Syifa hanya menghela nafas dan mengangguk.
Dengan perlahan, Revan berdiri dan hendak berjalan keluar kamar. Tapi tubuhnya masih lemas dan hampir terjatuh.
Dengan sigap, Arza langsung menahan tubuh Revan.
"Dibilangin ngeyel" Ucap Arza
Revan hanya mendengus. Sedetik kemudian, ia terdiam.
Bagaimana tidak? Arza secara tiba tiba menggendongnya di punggung.
.
.
.
Setelah makan malam, seperti biasa mereka berkumpul di ruang keluarga.
Damar langsung angkat bicara.
"Al, katakan apa yang kamu sembunyikan sedari kemarin" Ucap Damar sambil menatap lekat Revan
Revan terdiam.
"Jawab Al.." Ucap Syifa
'Lo jujur aja, soal mereka yang gak nerima lo, nanti gue yang urus. Kita masih punya apartement kan?'
"Tapi.."
'Gak ada tapi tapian! Mau sampe kapan lo sembunyiin ini dari mereka?'
"Huft...oke"
"Kenapa diam? Jawab dengan jujur" Ucap Evan
Revan menghela nafas berkali kali untuk menetralkan kegugupan nya.
"Singkatnya, saya bukan anak kalian. Saya hanya jiwa asing yang masuk ke tubuh anak kalian. Dengan kata lain, transmigrasi" Ucap Revan to the point
Mereka semua terdiam mencoba mencerna perkataan Revan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Boy [END]
FantasiTentang seorang bernama Revandra Alvaro Bagastra, yang sekarang marga Bagastra itu sudah ia hapus. Pemuda berumur 18 tahun itu memiliki sifat dingin dan datar, serta acuh pada yang menurutnya bukan urusannya. Orang tuanya sudah tidak ada karena kece...