.
.
.
.
Esoknya..
Revan terbangun, ia melihat jam. Sudah pukul 6 pagi.
Andai hari ini ia sudah diperbolehkan sekolah, ia dengan senang hati akan berangkat tanpa disuruh.
Akhirnya, ia hanya mandi dan memakai baju santai. Meski ia sebenarnya ingin bersekolah.
Setelah itu, ia turun untuk sarapan bersama yang lain.
.
Selesai sarapan, keluarga Veranzo mulai sibuk dengan rutinitas masing masing. Begitupun dengan Revan yang mulai meretas dan menurunkan saham beberapa perusahaan yang mengganggu perusahaan daddy nya.
Saat sedang meretas di kamarnya, ponselnya berbunyi menandakan pesan masuk.
'Mami Rosa?' batin Revan sambil mengerutkan kening
Tidak biasanya Rosa mengirim pesan seperti ini. Biasanya ia akan langsung menelepon Revan.
Mami Rosa
"Revan.."
"Mami minta maaf ya kalo dulu belum bisa nemuin kamu"
"Mami minta maaf kalo belum bisa kasih kamu kebahagiaan lebih"
"Mami minta maaf kalo belum bisa jadi kaya mendiang mama kamu"
"Mami minta maaf kalo mami ada nyakitin hati kamu"
"Jaga diri baik baik ya? Dengerin apa yang dibilang sama keluarga kamu"
"Kamu bahagia terus ya? Jangan sampe lupa makan, semangat buat kesembuhan trauma kamu"
"Jangan sampai sakit oke?"
"Mami pamit"
.
Revan mengerutkan kening. Kali ini, entah kenapa perasaannya mulai gelisah.
Ada apa dengan maminya ini? Kenapa tiba tiba mengirim pesan seperti ini? Seperti akan pergi untuk selamanya saja. Lalu...tumben sekali maminya ini memanggilnya Revan. Bukankah biasanya Varo?
Tidak mungkin Rosa akan meninggalkannya seperti orang tuanya kan? Ah...itu benar benar tidak mungkin.
Revan berusaha berpikir positif.
Mami Rosa
"Mami kenapa? Ada yang salah?"
"Mami lagi sakit?"
.
Beberapa menit kemudian, ia menunggu. Tapi tak kunjung mendapat jawaban, pesannya bahkan tidak terkirim, hanya centang satu.
Ia mulai merasa semakin gelisah. Pikiran pikiran negatif mulai muncul di otaknya.
"Gak mungkin kan?"
![](https://img.wattpad.com/cover/357368777-288-k470975.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Boy [END]
FantasyTentang seorang bernama Revandra Alvaro Bagastra, yang sekarang marga Bagastra itu sudah ia hapus. Pemuda berumur 18 tahun itu memiliki sifat dingin dan datar, serta acuh pada yang menurutnya bukan urusannya. Orang tuanya sudah tidak ada karena kece...