Bab 45

6K 471 16
                                    

.

.

.

Jevian saat ini sedang berada di ruangannya.

"Bagaimana? Sudah mendapat lokasinya?" Tanya Jevian pada Rizal

"Sudah tuan, hanya tinggal menunggu perintah anda untuk ke sana" Jawab Rizal

"Hm...kita tunggu dulu, mungkin saja mereka akan bergerak lagi. Atau mungkin tidak" Ucap Jevian

Setelah nya, Rizal pamit undur diri. Sedangkan Jevian menatap keluar.

"Caranya meretas...sama dengan abang" Gumam Jevian

"Apa itu anak mu?" Jevian kembali bergumam

.

.

Kembali pada Revan dkk.

Setelah kejadian tadi, akhirnya Revan mengganti laptop Anar. Yah, itu mudah.

"Awas aja kalo sampe ngeretas mereka lagi...ogah gue" Ucap Anar

Ia masih merasa kesal, mengingat ia harus membuat ulang dokumennya.

"Udah pending dulu...entar lo cepet tua loh" Ucap Anzo

"Diem lo! Gara gara lo nih!" Sinis Anar

Dan itu membuat Anzo kembali diam. Memang tak seharusnya ia mengganggu bocah yang lagi emosi.

"Jadi ini gimana? Cek ulang datanya? Yang tadi belum kita buka semua kan? Sekarang aja" Ucap Satya

Mereka kembali membuka data yang berhasil mereka ambil.

"Lah...mereka rupanya kerja sama dong" Ucap Anar

"Sama siapa?" Tanya Satya

"Ini-" Anar langsung terdiam, sebelum akhirnya menatap Revan, dan kembali melanjutkan ucapannya

"Keluarga yang sempet nyiksa Revan" Anar memelankan suaranya

Suasana langsung hening. Tak ada dari mereka yang berniat berbicara.

"..kenapa semuanya harus berhubungan sama mereka sih? Heran...andai aja mereka bisa cepet ketangkep" Ucap Anzo

"Oh iya..kenapa ngga lo suruh keluarga lo aja buat nangkep mereka? Terus siksa mereka di ruang siksa?" Ucap Sean sesat

"Ngga bisa bego! Mereka ada koneksi sama beberapa keluarga terpandang. Gak tau juga gimana bisa mereka punya koneksi" Ucap Anar

"Terus sekarang gimana? Gue juga masih takut nih..soalnya bisa aja tuan Jevian ngelacak lokasi kita lewat laptop Anar yang udah rusak itu. Kan dia belum sempet keluar dari akunnya, jejaknya juga belum diilangin" Tanya Sean

"Ngga akan ketahuan lah.." Ucap Satya ragu

Sean menatap tajam Satya.

"Awas aja...kalo sampe mereka beneran ke sini, lo yang gue gebukin" Ucap Sean sinis

Satya hanya diam.

"Udah siang, mending ke ruang makan" Ucap Revan

Ia lebih dulu berjalan keluar kamarnya, diikuti Zian dan Felix.

"Weh tungguin!" Anar dan Sean berlari menyusul

Sedangkan Satya dan Anzo, mereka saling lirik. Sedetik kemudian, mereka langsung berlari menuju pintu dan berebut untuk keluar kamar duluan.

Transmigrasi Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang