BAB 10: Siapa?

48 18 2
                                    

Keesokan harinya Renda sudah bersiap untuk pergi ke sekolah. Hari demi hari Renda lewati tanpa ada kehadiran Senja, walaupun tidak terbiasa dengan kesendirian tapi Renda tetap lewatinya meski berat. Renda tidak mau jika Senja tahu bahwa ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian nya. Renda menuruni anakan tangga untuk ke meja makan, seperti biasa Sinta terus saja memanggil nya untuk cepat sarapan. Setelah sampai di meja makan Renda langsung duduk di kursi samping Reva yang sedang lahap memakan roti tawarnya.


"Bang, semalem kemana? Lo nggak pulang? Lo tahu nggak sih Bunda khawatir banget sama lo, Lo nggak ada kabar sama sekali," kata Reva. Ah, Renda lupa mengabari Bundanya jika dia menginap di markas.

"Di markas," jawab Renda.

"Di markas sampai lupa waktu," gerutu Reva, "Bunda cemas banget sama lo. Handphone lo nggak aktif?" Tanya Reva lagi.

"Lowbet," Renda pun melanjutkan makanan nya dan sepertinya Reva tidak puas dengan jawaban-jawaban Renda.

"Bang, bun—"

"Makan bocil, jangan banyak ngomong," sela Renda. Renda memotong pembicaraan Reva, dia sudah yakin jika Reva sudah bertanya tidak akan ada ujungnya.

Beberapa menit kemudian Renda sudah menyelesaikan sarapannya lalu dia bangkit berdiri dari duduk nya untuk berpamitan kepada kedua orangtuanya, sesampainya di dapur Renda bisa melihat Bunda yang sedang memasak dan Ayahnya yang terus saja mengikuti Bunda dari belakang bak anak ayam, "Bunda," panggil Renda.

Seketika mereka pun menoleh ke arah sumber suara dan melihat Renda, "bang."

"Kayak nya bucin banget, yah," goda Renda pada Ayahnya.

"Gimana nggak bucin orang Bunda kamu cantik begini," jawab Rama.

Renda hanya menggeleng lalu menghampiri kedua orangtua nya, "Renda berangkat dulu ya," pamit Renda.

"Ya sudah hati-hati di jalan, bawa motornya jangan ngebut, pelan-pelan aja," pesan Sinta.

"Iya bunda, assalamualaikum." Renda pun langsung pergi meninggalkan kedua orangtua nya.

"Waalaikumsalam."

🥀🥀🥀

Sesampainya di sekolah Renda langsung pergi ke kelasnya karena bel sebentar lagi akan segera berbunyi. Beberapa menit kemudian dan benar saja bel masuk berbunyi, sontak semua siswa pun langsung duduk di kursinya masing-masing. Hari ini pelajaran matematika dimana guru killer masuk.

Dari arah pintu Bu Nira selaku guru yang mengajar matematika masuk ke dalam kelas. Semua murid disana pun meneguk saliva nya susah payah terkecuali Varel, Renda, dan Gio. Mereka bertiga memiliki otak yang encer, pintar, itu kenapa seluruh warga sekolah menamakan mereka 'si anak cerdas'. Mereka bertiga pernah sama-sama memenangkan olimpiade matematika, biologi, dan fisika.

"Selamat pagi semuanya," sapa Bu Nira.

"Pagi bu!" Jawab mereka serentak.

"Hari ini kita belajar matematika, dan hari ini juga saya mau kalian ke depan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya kasih," ucap Bu Nira. Guru itu langsung membuka bukunya, halaman demi halaman Bu Nira pindahkan untuk mencari soal.

Glek

"Kok tiba-tiba sih?" Batin Kenzo.

"Oke pertanyaan di mulai," ucap Bu Nira setelah menemukan soalnya. Bu Nira mulai menuliskan pertanyaan di papan tulis. Kegiatan ini memang sudah terbiasa di kelas ini. Namun entah kenapa mereka masih tegang dan takut jika mereka lah yang terpilih untuk menjawab pertanyaan jebakan yang Bu Nira kasih. Beberapa detik kemudian Bu Nira telah menyelesaikan pertanyaan lalu melihat ke arah anak muridnya, "kenapa kalian begitu tegang? Ini kan hanya soal?" Tanya Bu Nira kepada anak muridnya.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang