BAB 28: Pertandingan Basket

22 10 23
                                    

Hidup itu hanya sementara selagi mempunyai kesempatan maka nikmatilah sebelum semuanya sirna_Naisa Anka Kelvaro.

🥀🥀🥀

Pagi yang cerah menyambut hari ini, semua warga sekolah Bhintara telah berada di pinggir lapangan karena ingin menyaksikan pertandingan basket yang akan di mulai sebentar lagi. Lapangan cukup ricuh karena para penonton tidak sabar melihat idola mereka bertanding melawan sekolah lain.

"Sa, gue nggak sabar banget mau liat Gio!" Seru Sasya heboh.

"Caelah makan tuh Gio!" Saut Naisa tak habis pikir. Bagaimana tidak? Sasya selalu mengikuti Gio kemanapun cowok itu pergi. Naisa pun tidak tahu apakah Sasya memang benar suka dengan cowok itu apa hanya sekedar penggemar biasa saja. Sasya selalu saja mengejar Gio padahal dia sudah tahu bahwa cowok itu tidak akan pernah menggubris kedatangannya.

"Yehh iri lo ya!"

"Mana ada gue iri, gue cuma ngingetin lo. Inget Gio itu dingin mana mau punya cewek barbar kayak lo," sinis Naisa.

"Kalau itu gue nggak peduli yang penting Gio," jawab Sasya kekeh. Naisa hanya bisa memutar bola matanya malas, "Sa, ayo duduk di tribun," kata Sasya langsung menarik tangan Naisa agar duduk di tribun paling atas. Alasan Sasya hanya satu agar bisa melihat Gio yang sedang bermain basket saja.

Sedangkan di ruang ganti Renda dan Varel sedang duduk di kursi mengecek semua nya. Renda mengalihkan pandangan nya ke arah samping melihat Varel yang duduk sambil memegang tabung obat di tangannya.

"Lo yakin mau tanding?" Tanya Renda untuk ke sekian kalinya.

"Lo nggak percaya?" Tanya Varel balik dengan nada dingin. Varel mengeluarkan satu pil dari tabung obat itu lalu meminumnya. Setelah selesai cowok itu kembali memasukkan tabung itu ke dalam tasnya agar tidak ada seorang pun yang mengetahui nya.

Mengenai penyakit yang Varel derita saat ini, tidak ada seorang pun yang mengetahui terkecuali Veronica, Renda, dan pekerja di rumahnya. Bahkan Aurora yang dekat dengan cowok itu pun tidak mengetahui tentang kondisi tubuh Varel yang semakin hari semakin memburuk.

Renda hanya bernapas gusar, ia sangat khawatir penyakit yang di derita sahabatnya akan kambuh di tengah-tengah pertandingan. Banyak ketakutan yang saat ini Renda rasakan tapi tak bisa cowok itu salurkan karena Varel sangat keras kepala untuk di gantikan oleh yang lain dari pertandingan ini. Dari arah pintu masuk ruang ganti, Renda melihat siluet Veronica dan juga Aurora disana.

Dua gadis itu pun langsung menghampiri dua cowok yang berada di dalam. Setelahnya Veronica langsung berjongkok di depan kakaknya. Sedangkan Varel hanya bisa melihat Veronica gamang, Varel bisa merasakan bahwa gadis itu pasti marah kepadanya karena keras kepala ingin mengikuti pertandingan basket ini. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun Veronica langsung memeluk tubuh tegap itu dengan sangat erat.

"Habis ini kita ke rumah sakit ya, kita cek kondisi tubuh lo," bisik Veronica. Varel hanya mengangguk pelan menyetujui pernyataan Veronica tadi. Jika ia berani membantah Veronica pasti akan marah kepadanya.

Aurora. Gadis itu hanya diam berdiri mematung saat melihat Veronica yang memeluk Varel. Bukan rasa cemburu yang melanda di hatinya justru Aurora sudah tahu bahwa mereka bersaudara. Awalnya Aurora memang marah karena Varel yang notabenenya tidak pernah dekat dengan seorang perempuan tiba-tiba dekat dengan perempuan. Namun saat Veronica menjelaskan bahwa mereka itu saudara rasa itu pun mulai hilang.

Veronica melepaskan pelukan lalu menatap mata tajam bak elang itu, "gue liat di tribun ya?" Tanya Veronica. Gadis itu pun bangkit berdiri lalu pergi dari sana bersama Aurora setelah mendapatkan anggukan dari Varel.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang