BAB 27: Teror?

30 9 15
                                    

Jangan dulu menyerah sebelum menemukan yang indah_Renda Anggara.

🥀🥀🥀

Sesampainya di depan rumah, Renda membuka helm full face nya lalu turun dari atas motor. Cowok itu berjalan gontai dengan tali tas yang sengaja di sampirkan di pundaknya. Melihat abangnya yang terlihat lemas Reva pun langsung menghampiri abangnya.

"Kenapa lo, Bang?" Tanya Reva pada Renda. Namun Renda tidak menjawabnya seolah ucapan Reva hanya angin lalu yang tidak terlalu penting dan cowok itu berjalan melewati Reva. Sedangkan Reva berdecak kesal, tapi sebisa mungkin ia tidak mengeluarkan emosinya karena mengingat Renda lebih tua dari umur nya.

Setelah berada di dalam ruang tamu, Renda langsung merebahkan tubuhnya di sofa, kedua matanya ia pejamkan. Suara langkah kaki terdengar di pendengaran Renda, cowok itu tetap pada posisi utamanya membiarkan orang itu mendekati nya. Sinta yang melihat kedatangan anak sulungnya ini langsung menghampiri Renda dan mengelus puncak kepala Renda.

"Pusing?" Tanya Sinta pada anak sulungnya. Sontak Renda pun membuka kedua matanya lalu terbangun saat melihat Sinta yang duduk di sampingnya.

"Nggak, Bunda," jawab Renda singkat sambil menunjukkan senyumannya.

"Senja?" Tanya Sinta seolah tahu apa yang ada di pikiran Renda. Cowok itu menelungkupkan kepalanya, Sinta pun menggeser tubuhnya agar bisa mendekap tubuh ringkih anaknya yang sudah bergetar karena menahan tangisannya, "keluarin aja. Bunda tau ini menyakitkan buat kamu," kata Sinta sambil mengelus punggung Renda menguatkan nya bahwa dia tidak sendiri.

"Ada Bunda yang selalu ada buat kamu," kata Sinta lagi. Reva yang melihat pemandangan itu pun mulai meneteskan air mata. Abangnya itu tidak akan pernah bisa melupakan sosok Senja, Renda terlalu menyayangi Senja sampai rela terluka saat kepergian gadis itu.

Rama yang melihat istri dan kedua anaknya pun hanya bisa bergeming saat melihat pemandangan itu yang cukup menyesakkan dadanya, "tolong kuatkan anak ku, Tuhan," monolog Rama.

🥀🥀🥀

Jalanan hari ini cukup ramai dengan banyak pengendara motor maupun mobil yang berlalu-lalang. seorang gadis sedang berjalan sambil menenteng dua kantong kresek belanjaan di masing-masing tangannya. Sesampainya di depan rumah gadis itu langsung masuk ke dalam pintu rumah. Namun baru saja masuk ia langsung melihat papa nya yang menunggu di dekat pintu dengan kedua tangan yang melipat di depan dada.

"Pa-pa," kata Naisa terbata-bata. Naisa langsung menundukkan kepalanya saat melihat Pras yang memandang barang belanjaan yang Naisa bawa.

"Duit nya?" Tanya Pras masih dengan nada suara rendah.

"J-jangan Pa. Naisa nggak punya uang lagi, cuma itu aja uangnya," mohon Naisa agar Pras tidak mengambil uangnya lagi.

"Uangnya mana?!" Pras pun langsung mengambil kantong kresek yang Naisa pegang dan mengeluarkan semua barang yang di beli nya untuk menemukan uang itu. Karena tidak mendapatkan Pras kembali mengeluarkan semua barang di kantong kresek satu lagi.

Lagi, Pras tidak menemukan uang yang di carinya. Lantas laki-laki itu pun langsung menatap anaknya lalu lihat tas yang di sampirkan di bahu gadis itu. Naisa menggeleng dan kembali memohon agar tidak mengambil uangnya lagi.

"Kasih uangnya sebelum papa marah sama kamu," kata Pras lagi. Tapi Naisa tidak langsung melakukan itu ia menggeleng tanda tidak mau. Jika uang itu sudah ada di tangan Pras susah di pastikan ia tidak makan lagi hari ini.

"Naisa, kasih ke papa uangnya!" Pras pun langsung mengambil tasnya secara paksa dengan menarik tas itu.

"Pa, jangan ini buat makan kita!"

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang