BAB 49: Akhir Dari Semuanya

52 9 0
                                    

Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Semua orang berhak datang dan juga semua orang juga berhak untuk pergi, entah bagaimana kira menyikapi perpisahan itu.

🥀🥀🥀

Sebelumnya.

Suasana cukup terbilang sepi hanya terdengar suara semilir angin dan juga suara pohon yang di terpaksa angin. Renda menatap danau di depannya, di bawah pohon ini Renda termenung memikirkan kejadian kemarin saat Naisa meminta putus dengannya. Renda tidak tahu mengapa Naisa tiba-tiba meminta putus, ada pertanyaannya yang bercabang di kepala Renda.

Sedih, kecewa, marah menjadi satu. Renda sedih karena tidak bisa membuat hubungan dengan Naisa lebih lama. Kecewa, ya, Renda kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa adik dengan Naisa. Marah, Renda marah karena ia tidak bisa menyikapi Naisa dengan kayak seperti Senja dulu.

"Ren," sontak orang yang di panggil pun menoleh menatap orang yang memanggil nya. Itu Naisa. Hari ini Naisa menghubungi Renda untuk menemuinya. Entah apa yang akan Naisa bicarakan Renda pun tidak tahu. Meski sudah tidak mempunyai hubungan lagi dengan Naisa, cowok itu tetap datang. Lagi pula ada sedikit perasaan Renda untuk Naisa. Renda mulai menyukai Naisa.

"Makasih untuk datang," kata Naisa di selingi oleh senyuman. Respon Renda hanya diam tidak berekspresi apapun, ada air mata yang sedari tadi Renda tahan.

Naisa mendekat berjalan ke arah Renda. Sesampainya di depan cowok itu Naisa menatap mata sendu itu lekat. Bukan hanya Renda saja yang sedari menahan air matanya tapi Naisa juga. Sebetulnya Naisa berencana untuk membatalkan pertemuan ini. Namun ada sesuatu hal yang harus Naisa bicarakan pada Renda.

Naisa meraih tangan Renda lalu menaruh satu tangkai bunga mawar merah pada Renda. Lagi. Renda hanya diam sambil menatap wajah Naisa, "bunga mawar merah menggambarkan cinta yang penuh gairah, tanpa aku harus bicara bunga ini sudah menjelaskannya," ucap Naisa lagi.


"Kenapa Sa?" tanya Renda setelah beberapa menit diam.

"Kenapa apa?" tanya Naisa balik berpura-pura tidak tahu maksud dari ucapan Renda.

"Kenapa kamu mau putus?" jelas Renda.

"Enggak apa-apa. Aku rasa hubungan ini harus di hentikan aja," jawab Naisa. Bohong jika Naisa tidak terluka dengan tindakan ini. Bohong jika Naisa ingin berpisah dengan Renda. Dan bohong jika Naisa ingin jauh dari Renda. Sungguh. Naisa mencintai Renda dengan sepenuhnya, dan mungkin Renda juga merasakannya. Naisa tahu dari tatapan mata Renda saat ini. Naisa tahu jika laki-laki di depannya ini sudah mencintai nya.

"Alasan nya apa Sa?" tanya Renda lagi.

"Kamu harus bahagia," jawab Naisa.

"Kalau kamu kebahagian aku gimana?" tanya nya lagi.

Naisa tidak bisa menjawab pertanyaan Renda, Naisa hanya diam bingung harus menjawab apa. Keputusannya sudah bulat untuk meninggalkan Renda meski ia masih mencintainya. Naisa harus mengalah demi kebaikan bersama, Naisa tidak mau Renda terluka lebih dalam setelah ini. Tanpa sadar air matanya mulai mengalir begitu saja tanpa permisi.

"Jika ini adalah pertemuan terakhir kita, dan aku meninggalkan kamu untuk selamanya, tolong bahagia dan lupakan rasa sakit yang kamu tanggung. Kamu berhak untuk bahagia Ren," tutur Naisa. "Boleh aku peluk kamu?" tanpa menunggu jawaban dari Renda lagi Naisa langsung lari ke dalam pelukan Renda. Memeluk nya dengan erat erat seolah tidak mau kehilangan cowok bertubuh tegap ini. "Bahagia tanpa aku ya Ren?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang