Dengan cara bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah apapun. Justru dengan bunuh diri akan timbul masalah yang baru_Renda Anggara.
🥀🥀🥀
Sepulang sekolah tadi Renda langsung menemui Varel. saat ini mereka berdua sedang berada di atas gedung sesuai dengan tempat yang di kirimkan Renda kepada Varel. Renda meminta kejelasan apa benar soal penyakitnya yang sedang di derita sahabatnya. Renda berjalan ke arah Varel dan menatap nya tajam, "kenapa Lo merahasiakan semua? Kenapa Lo nggak cerita sama gue? Gue kan bisa bantu lo," kata Renda.
"Lo masih anggap gue sahabat lo kan?" Pertanyaannya berulang terus Renda lontarkan kepada Varel memojokkan cowok itu.
"Sorry," hanya kata itu yang bisa di ucapkan oleh Varel saat ini, bukan bermaksud untuk merahasiakan ini semua dari Renda tapi Varel hanya tidak mau di repotkan oleh siapapun itu. Varel sudah merepotkan bi Nara, pak Rusdi, dan juga Veronica, dia tidak mau sahabat-sahabat nya pun ikut di repotkan.
"Rel, gue salah apa sama lo? sampai lo merahasiakan ini sama gue? Apa nggak seberguna itu gue di hidup lo? Sampai lo sakit aja gue nggak tau," ucap Renda dengan suara bergetar. Begitu menyakitkan bagi Renda saat tau bahwa sahabatnya ini di vonis penyakit gagal ginjal. Sahabat mana yang tidak sakit jika sahabatnya sedang berjuang dengan penyakitnya sedangkan sahabat satu nya tidak mengetahui yang sedang di deritanya sahabatnya.
Sahabat mana? Yang jelas itu bukan Renda. Renda tidak akan mau jika Varel harus berjuang sendirian melawan penyakitnya. Renda harus ikut andil dalam ini.
"Gue minta maaf, Ren. gue nggak bermaksud untuk itu, gue nggak ngasih tahu lo karena menurut gue itu nggak terlalu penting, dan Lo masih sahabat gue, Lo berguna buat gue," elak Varel tidak terima dengan ucapan Renda tadi. Varel memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana lalu berjalan menjauh dari Renda. Cowok itu menatap ke depan, melihat gedung-gedung tinggi, "gue cuma nggak mau merepotkan lo. Lagi pula ini nggak terlalu penting."
Renda berdecak pelan "Ck! nggak penting kata lo? Rel, Lo sakit ginjal gimana mungkin nggak penting? Gila Lo?!" Renda pun menghampiri Varel. Ia menarik jaket belakang yang Varel kenakan, "ini ginjal. Bisa aja sewaktu-waktu lo kambuh terus pergi dari kita-kita, dan gue nggak mau itu."
Apa katanya? Tidak penting? Kenapa bisa Varel menganggap penyakit itu tidak penting? Padahal penyakit ginjal bukan penyakit yang sembarangan.
"Terserah Lo mau ngomong apa, tapi menurut gue penyakit ini nggak penting dan hanya penghambat gue aja," tidak lama setelah pembicaraan itu Varel pergi meninggalkan Renda.
"Kapan jadwal cuci darah lo?!" Tanya Renda sebelum Varel benar-benar pergi.
Sontak Varel pun berhenti langkah nya, cowok itu tidak membalikkan badannya maupun menengok ke arah Renda, dia hanya diam tanpa minat menatap mata Renda, "kalau lo tau kapan cuci darah gue emang mau apa?" Tanya Varel balik.
Renda pun menghampiri Varel dan berdiri di samping cowok itu, "kapan?" Tanya Renda lagi tanpa mau menjawab pertanyaan Varel.
"Dua hari lagi," jawab Varel. Setelah itu Varel pun melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Renda.
"Dua hari lagi?" Gumam Renda.
🥀🥀🥀
Sehabis menemui Varel tadi Renda langsung pergi dari sana. Saat ini Renda sedang kebut-kebutan di jalan untuk meluapkan semua amarah dalam dirinya. Renda saat ini sedang di penuhi emosi, untuk melampiaskan nya dengan cara kebut-kebutan. Untung saja jalanan sepi jika tidak Renda pasti akan di teriaki orang-orang karena membawa motor dengan kecepatan tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renda: The Lost Sky [REVISI]
Teen FictionHidup dalam keluarga cemara dan banyak teman tak memastikan jika kebahagiaan datang. Renda Anggara seorang remaja yang memang beruntung dalam dua hal itu namun tidak dengan percintaannya. Renda di tinggal oleh pacarnya karena orang yang dia cintai d...