BAB 34: 40 Hari

27 12 15
                                    

Merindukan seseorang yang sudah pergi untuk selamanya adalah hal yang paling menyakitkan. Rindu tapi tak tahu bagaimana cara untuk menyalurkannya_Renda Anggara.

🥀🥀🥀

Seminggu telah berlalu, hari demi hari Naisa lewati seperti hari-hari sebelumnya tapi tidak ada kehadiran nya seseorang yang selalu ada di pikiran Naisa. Gadis itu merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap Lamat langit-langit kamar. Entah kenapa ada rasa rindu yang Naisa rasakan di dalam dirinya.

"Kok gue rindu sama Renda ya? Apa benar gue beneran cinta sama dia?" monolognya. Selama satu minggu ini Naisa terus memikirkan soal perasaannya. Naisa masih belum bisa memastikan bahwa benar jika dia mencintai Renda.

Tok

Tok

Naisa terbangun dari tidurannya lalu menatap ke arah pintu, tiba-tiba ada rasa takut yang Naisa rasakan, rasa takut akan papa nya yang akan melakukan kasar lagi kepada nya. Ingin rasanya Naisa tidak membukakan pintu itu tapi Naisa tidak mau jika papa nya akan marah. Dengan langkah berat Naisa pun mulai berjalan dan membukakan pintu kamarnya lebar.

Penglihatan pertama yang naisa lihat adalah Pras yang sudah berdiri di depan pintu dengan bersender pada dinding tak lupa juga bersedekap di depan dada seperti biasanya. Naisa meneguk saliva nya susah payah menatap papa nya yang sudah menatap tajam ke arah Naisa.

"P-pa N-naisa belum punya uang," kata Naisa terbata-bata takut Pras akan marah.

Bugh

Pras meninju dinding begitu kuat membuat keretakan pada dinding itu. Naisa hanya menunduk takut pada papa nya. Pras menatap tajam ke arah Naisa, "sampai kapan kamu nggak punya uang?!" sentak Pras. "Kasih uang nya ke papa!"

"P-pa Naisa, Naisa benar-benar nggak punya uang," kata Naisa masih terbata-bata. Tangan Pras terkepal lalu menarik tangan Naisa, punggung Naisa terhantam pada dinding, Pras mendekat dengan tangannya yang sudah berada di atas. Seketika Naisa menelan ludahnya susah payah. Tak lama tinjuan pun mendarat pada dinding tepat di samping kepala Naisa.

"N-naisa bakal kasih uang nya kalau udah dapet kerjaan," kata Naisa lagi. Pras pun menyeringai lalu mulai menjauh dari Naisa.

"Oke, papa tunggu uang nya, kalau kamu masih tidak mempunyai uang awas kamu," ancam Pras lalu setelahnya pergi meninggalkan Naisa.

Naisa bernapas lega karena tidak mendapatkan amukan dari papa nya lagi mengenai uang. Tapi dimana Naisa akan mencari kerjaan? Kerja saat masih SMA sangat sulit dan membutuhkan ijazah SMA terlebih dahulu. Naisa mengacak rambutnya.

"Kenapa hidup gue harus kayak gini?" monolognya. Naisa menengadah menatap langit-langit, "ma, Naisa pengen sama mama aja, Naisa nggak mau disini, papa jahat," adu Naisa. Cairan bening mulai turun dari pelupuk mata Naisa, begitu menyakitkan bagi Naisa untuk menerima takdirnya seperti ini. Setelah menerima kehilangan ibu nya dia juga harus menjalani hidupnya yang keras ini.

🥀🥀🥀

Jalanan cukup ramai di padati oleh kendaraan bermotor maupun bermobil namun tidak dengan pikiran Naisa yang sunyi. Sudah beberapa menit Naisa berjalan tanpa arah tujuan. Beberapa kali berhenti di toko hanya untuk menanyakan apakah ada pekerjaan kosong atau tidak. Namun sialnya beberapa Naisa di tolak karena belum mencukupi persyaratan kerjanya.

"Ck! Kemana lagi gue nyari kerja? Gue udah keliling tapi belum nemuin," Naisa mendudukkan dirinya di kursi halte, tiga puluh menit Naisa habiskan hanya untuk mencari pekerjaan.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang