BAB 35: Raja Bertopeng

33 12 23
                                    

Setiap orang pasti akan berujung dengan kematian, tapi jika kematian itu di percepat saya tidak masalah_Raja Bertopeng.

🥀🥀🥀

Laju motor yang di kendarai oleh Renda melaju dengan kecepatan penuh, tangan kekar Renda mengeratkan pada stang motor dengan kuat membuat kecepatan motor di atas rata-rata. Orang-orang terus meneriaki Renda karena melajukan motornya dengan kecepatan penuh tapi Renda hanya bisa berdecak sebal saat mengingat teror itu yang kembali lagi setelah kepulangan nya dari olimpiade.

Sesampainya di depan markas Renda turun dari atas motor lalu langsung masuk ke dalam markas dengan cara menendang pintu markas begitu kuat. Beruntung di dalamnya tidak ada siapapun terkecuali Varel yang memang ada disana. Mereka berdua tidak pergi ke sekolah karena di suruh oleh Bu Ratna meliburkan mereka bertiga setelah olimpiade sains kala itu.

"Siapa?" tanya Varel pada Renda. Cowok itu duduk sambil memegang majalah di tangannya itu langsung bangkit berdiri saat tahu emosi Renda sedang tidak stabil. Tadi ayah Renda menghubungi Varel untuk tetap siaga di markas jika Renda pergi ke sana dan kebetulan Varel sedang ada di tempat. Varel memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu berjalan pelan menghampiri Renda.

"Maksud lo siapa apa?" tanya Renda balik sedangkan respon Varel hanya berdecak.

"Gue tau ada sesuatu, iya kan?" tanya Varel lagi di barengi oleh senyum smirk. "Jangan terlalu memendam kebencian terhadap seseorang, terkadang kebencian itu yang bisa menghancurkan kita balik," kata Varel lalu pergi dari sana untuk naik ke atas dimana ruangannya berada.

"Gue tau lo bukan sembarang orang," monolog Renda. Renda sudah mengenal Varel lama, bukan hanya satu bulan atau dua bulan dari sudah bertahun-tahun. Renda selalu hati-hati terhadap Varel, karena Varel akan selalu tahu apa yang sedang Renda pikirkan tentang masalahnya. Terkadang Varel juga menghadapi semua masalah nya tanpa sepengetahuannya.

🥀🥀🥀

Berjalan-jalan di pagi hari memang selalu membuat Naisa tenang terlebih setelah kepergian ibunya. Naisa berjongkok saat melihat bunga-bunga di taman ini yang sudah bermekaran, Naisa mencium aroma bunga itu. Setelah selesai Naisa berjalan-jalan lagi.

Namun tiba-tiba Naisa menghentikan langkahnya saat melihat gadis yang sedang duduk di depannya. Bukan, bukan itu fokus Naisa saat ini. Naisa melihat seseorang berjaket hitam dan memakai topeng yang berada di belakang gadis itu sambil menggenggam pisau di tangan laki-laki itu.

Segera Naisa pun menyembunyikan tubuhnya di balik pohon. Mata Naisa seketika membelalak saat laki-laki bertopeng itu menyentuh bahu gadis itu lalu menancapkan pisau yang berada di genggamannya pada gadis itu. Setelah satu tusukan menyentuh perut gadis itu laki-laki bertopeng mencabut pisaunya lalu menusukkan pisau itu ke area tubuh gadis itu yang lain. Naisa menutup matanya saat melihat di depannya sedang terjadi aksi pembunuhan. Naisa pun mengeluarkan ponselnya lalu mereka kejadian itu.

"L-lepasin gue!" Sentak gadis itu berusaha untuk melepaskan dirinya sendiri pada laki-laki bertopeng sialan ini.

"Inilah jadinya kalau lo berani sama gue, sayang," mata gadis itu membelalak saat mendengar kata terakhir yang di ucapkan oleh laki-laki bertopeng ini. Setelahnya laki-laki bertopeng itu membuka topengnya lalu melempar topengnya asal, "B-bastian."

Bastian hanya tersenyum saat melihat wajah pias gadis itu seolah itu adalah hiburan baginya.

"Lepasin gue, Bas. Lo udah gila melakukan ini, katanya lo cinta sama gue!"

"Gue emang cinta sama lo, Nja. Tapi gue melakukan ini karena terpaksa," jawab Bastian di barengi seringayan.

"Lo gila! Brengsek! akhhh.." Senja meringis kesakitan saat pisau yang di tusuk oleh Bastian mulai menembus ke dalam tubuhnya.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang