BAB 17: Kenangan yang takkan hilang

37 16 13
                                    

Cobaan memang selalu ada menimpa kita kapan saja. Namun di setiap cobaan pasti akan ada jalan keluarnya_Varel Dirgantara.

🥀🥀🥀

Langit pagi yang begitu cantik, malam akan di gantikan saat matahari mulai menampakkan sinarnya ke bumi. Awan berwarna oranye mulai muncul karena efek matahari yang akan segera naik sebentar lagi. Pagi-pagi buta sekali Renda sudah pergi dari rumah untuk ke salah satu tempat yang dulu Senja sukai. Pantai.

Saat ini Renda sedang duduk di bebatuan besar, pandangannya ke arah laut melihat matahari yang akan segera muncul sebentar lagi. Cantik. Satu kata yang Renda ucapkan untuk mendeskripsikan langit pagi yang begitu menawan.

"Andai kamu disini, Nja," lirih Renda.

Cairan bening mulai keluar dari pelupuk mata Renda. Renda sangat merindukan sosok Senja di sampingnya, Renda merindukan perhatian-perhatian Senja, Renda merindukan senyum yang terukir di wajah Senja, dan Renda juga merindukan pelukan hangat Senja.

"Langit nya cantik... Kayak kamu," lirih Renda lagi yang masih menatap matahari dari ujung laut.

"Jangan bersedih atas kematian aku, kamu harus bahagia tanpa aku."

"Bagaimana caraku untuk bahagia, Nja? Sedangkan kamu adalah kebahagiaan aku," air mata Renda terus-menerus mengalir dari pelupuk mata Renda. Sungguh berat ada di posisi Renda saat ini. Jika waktu bisa di putar kembali biarkan Renda saja yang pergi jangan orang yang ia cintai.

"Aku berusaha mati-matian untuk menemukan kebahagiaan yang sama kayak yang kamu lakukan. Tapi... Semuanya gagal," lirihan Renda pasti akan membuat semua orang sakit jika mendengarnya.

Tuhan bolehkah Renda menyerah?

Tangan Renda tergerak mengambil sepucuk bunga mawar putih yang sempat dia beli tadi. Dulu saat Senja masih ada di dunia ini Senja sangat menyukai bunga mawar putih dan setiap hari Renda selalu memberikan bunga mawar putih itu kepada Senja.
Tak mengucapkan apa-apa lagi Renda langsung pergi dari sana untuk ke rumah Senja yang baru.

🥀🥀🥀

Di rumah keluarga Anggara. Sinta terus saja mencari keberadaan Renda, Sinta khawatir dengan anak sulungnya, sudah beberapa kali Sinta menelpon Renda namun masih belum ada jawaban apapun dari sang empu.

"Bunda," panggil Reva. Reva pun menghampiri Sinta yang penuh kekhawatiran. Reva pun langsung memeluk bunda menyalurkan perasaan bahwa Renda pasti tidak apa-apa.

"Abang kamu kemana sebenarnya? Dari tadi pagi bunda nggak liat Abang kamu," ucap Sinta masih khawatir.

"Kamu tenang aja, anak kita pasti baik-baik aja, kamu nggak usah khawatir gitu kan anak kita kuat kayak ayahnya," sahut Rama yang tiba-tiba datang sambil memegang gelas kopi di tangannya. Rama menaruh gelas kopi itu dan duduk di samping istrinya. Ia mendekat ke arah istrinya untuk di dekap nya.

Reva pun langsung melepaskan pelukan itu dari Bunda, "bener kata Ayah, Bunda. Bang Renda kan kuat pasti dia nggak apa-apa. Lagipula pasti dia lagi ada di markas bareng sama bang Varel," kata Reva.

Sinta menghembuskan napas gusar, dia berusaha untuk tenang. Benar kata suami dan anak bungsunya, Renda pasti akan baik-baik saja mungkin hanya terlalu cemas dengan kondisi anaknya sampai kecemasan itu berlebihan. Entah kenapa semenjak Senja pergi untuk selamanya meninggalkan anaknya membuat hati Sinta sama sekali tak bisa tenang. Sinta takut Renda melakukan hal-hal yang di luar batas, Sinta takut itu. Sinta tak mau kehilangan anak sulungnya.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang