BAB 33: Jarak dan Waktu

28 12 15
                                    

jarak dan waktu tak akan pernah memisahkan perasaan yang mulai muncul pada seseorang_Naisa Anka Kelvaro.

🥀🥀🥀

Pagi ini di rumah Naisa sama sekali tak ada ketenangan yang Naisa dengar, beberapa suara vas bunga yang pecah selalu saja terdengar karena seseorang melempar nya. Naisa memeluk kakinya sendiri ketakutan mendengar suara vas bunga pecah itu, sudah di pastikan itu adalah perbuatan Pras. Dari arah luar pintu kamar Naisa ada seseorang yang menggedor pintu kamarnya dengan kencang beruntung Naisa dengan cepat mengunci pintu itu.

"NAISA BUKA!" teriak Pras. "BUKA ATAU PAPA DOBRAK PINTU INI!" teriaknya lagi.

Naisa tak beranjak untuk membukakan pintu itu, bahu Naisa bergetar karena takut Pras akan memukulinya lagi jika berani ia tidak membukanya tapi di sisi lain Naisa juga takut Pras akan semakin marah dan memukulnya habis-habisan. Akhirnya Naisa beranjak dari duduknya kaki nya ia paksakan untuk melangkah. Naisa membuka pintu itu, penglihatan pertama yang naisa lihat adalah Pras yang berdiri dengan mengepalkan kedua tangannya.

"P-pa j-jangan mukulin Naisa lagi," kata Naisa terbata-bata ketakutan melihat wajah Pras yang memerah.

Tangan Pras yang terkepal itu pun langsung menarik kerah baju yang Naisa kenakan, "kasih papa uang kalau kamu mau selamat dari papa."

Deg

Naisa semakin takut setelah mendengar apa yang di katakan Papa nya.

"Ayo cepetan! Atau kamu mau..."

"N-naisa nggak punya uang, Pa," kata Naisa jujur. Amarah Pras semakin menjadi lalu dia mendorong tubuh Naisa ke arah tembok, seketika Naisa merasakan nyeri pada punggung karena hantaman itu.

Pras mendekati Naisa lalu mencengkram pipi Naisa begitu kuat sedangkan Naisa hanya bisa meringis kesakitan saat kuku-kuku Pras menancap pada pipinya.

"P-pa lepasin Naisa!"

"Kamu berani sama Papa? Berani melawan Papa? Nggak hormat sama Papa?" tangan kekar itu semakin menguatkan cengkraman nya. Namun tiba-tiba Pras mendengar suara notifikasi dari dalam ponselnya. Pras pun melepaskan cengkeramannya lalu meraih benda pipih itu dari dalam saku celana.

Setelah membaca pesan itu Pras pun langsung pergi dari sana meninggalkan Naisa yang masih meringis kesakitan akibat Cengkareng Papa yang begitu kuat itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah membaca pesan itu Pras pun langsung pergi dari sana meninggalkan Naisa yang masih meringis kesakitan akibat Cengkareng Papa yang begitu kuat itu. Pipi Naisa seketika terlihat berwarna merah lalu mengeluarkan cairan berwarna merah.

"Sshh," Naisa meringis kesakitan. Tangan nya mulai bergerak merogoh saku celananya untuk mengambil benda pipih. Lalu tangan tergerak mengetikkan sesuatu di salah satu room chat.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang