BAB 15: Kabar Yang Menyakitkan

45 16 7
                                    

Kabar yang menyakitkan apalagi ini, Tuhan? Apa bisa hidup tanpa ada masalah?_Renda Anggara.

🥀🥀🥀

Renda sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah seperti biasa Renda mengawali dengan sarapan di rumah. Saat ini Renda sudah duduk di meja makan bersama Reva dan juga kedua orangtua nya. Sepi. Hanya itu yang Renda rasakan saat ini meskipun suasananya sedang ramai. Tak ada percakapan sama sekali di antara mereka hanya suara dentingan sendok dan garpu yang beradu.

"Kamu masih belum lupa sama Senja, Ren?" Tanya Rama—ayah Renda.

Renda tak menjawab pertanyaan Rama dan hal itu pula membuat Rama paham bahwa anak sulungnya ini tidak bisa melepaskan bayang-bayang Senja begitu saja. helaan napas keluar dari mulut Rama, "ayah tau sih berat jadi kamu untuk melupakan semuanya. Tapi, apa ayah boleh minta sesuatu sama kamu? Lupain Senja ya?" Kata Rama dengan nada halus agar tidak menyakiti hati Renda.

"Gimana caranya, Yah? Renda selalu inget Senja kapanpun, Renda..."

"Ayah tau itu sulit buat kamu. Tapi, ikhlaskan Senja, Senja udah tenang disana. Jangan buat Senja berat untuk meninggalkan kamu, Ren," sela Pria itu kembali menghela napasnya, ia hanya tidak ingin hidup Renda di bayang-bayangi oleh kehadiran Senja. Rama ingin Renda bisa lepas dan melupakan semua kenangan nya bersama Senja. Rama ingin Renda bahagia tanpa kehadiran Senja. Hanya itu saja yang Rama inginkan.

"Ayah kasih waktu untuk kamu bisa melupakan Senja," kata Rama lagi. Rama pun melihat ke arah Sinta lalu berpamitan kepada mereka untuk pergi kerja. Setelah itu Rama pun meninggalkan mereka semua dengan keheningan di antara mereka.

Setelah kepergian suaminya Sinta pun meraih tangan Renda dan menggenggam tangan kekar anaknya, "Ayah benar, Ren. Perlahan lupain Senja ya?" Tanya Sinta. Sinta melihat ke arah anak bungsunya yang masih memakan satu roti di tangannya. Sinta tersenyum ke arah kedua anaknya. Berat memang sebagai seorang ibu menyaksikan sendiri salah satu anak nya terluka. Namun Sinta tetap harus menyakinkan mereka bahwa mereka tidak boleh hidup dengan bayang-bayang seseorang, terlebih dengan orang yang sudah tiada.

"Hwaiting abang. Lo pasti bisa!" Seru Reva menyemangati sang abang. Renda hanya mengangguk sebagai jawabannya. Ayahnya benar, dia tidak boleh hidup dalam bayang-bayang Senja. Renda harus melupakan Senja secara perlahan. Senja sudah tenang di atas sana dan tugas Renda hanya mengikhlaskan kepergian nya saja.

🥀🥀🥀

Suasana di koridor sekolah cukup ramai oleh murid-murid lain. Renda dan anggota Cariozz lainnya berjalan di koridor sekolah, mereka cukup membuat perhatian anak-anak SMANBHIN fokus pada anggota Cariozz yang tampan-tampan.

"YA AMPUN RENDA GANTENG BANGET!"

"GILANG KURANGI KETAMPANAN LO COBA!"

"GIO SUMPAH HATI GUE MELELEH LIAT KETAMPANAN LO!"

teriakan demi teriakan anggota inti terima namun satu pun tak ada yang membalasnya. Mereka fokus berjalan seolah acuh, Gio dan Renda yang seolah tak peduli. Andhika, Kenzo, dan Rafa yang melambai-lambaikan tangan pada kaum hawa sampai membuat mereka pingsan. Gibran dan Gilang hanya tersenyum manis ke arah mereka. Sedangkan Varel? Ah dia izin tidak pergi ke sekolah karena sedang tidak enak badan.

"Enak banget sumpah jadi salah satu anggota Cariozz. Jadi terkenal gue hahaha," ucap Rafa sambil tertawa sekaligus bersyukur karena bisa masuk ke salah satu geng motor famous di sekolah ini.

Renda: The Lost Sky [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang