Gema menepati janjinya. Tepat pukul 10 malam suara pintu kamar terbuka. Samar-samar Gaby mendengar Gema melepas korsa, membuka pintu kamar mandi, bersiul di dalam kamar mandi, dan keluar dari kamar mandi, lalu berjalan menuju lemari pakaian.
Dering ponsel Gema berbunyi. Menampilkan nama Karisa di sana. "Apa lagi, sih?" tanya Gema jengah.
"Ini laptop lo gimana, ish? Gue udah nyoba matiin tapi gak mati-mati. Si Jalu gak mau bantuin. Takut kena omelan lo."
Gema menghela napas panjang. Menaruh ponsel di sisa space lemari pakaian, dan memakai kaos dengan begitu cepat.
"Tadi gue bilang apa, hm?"
"Y-ya ... yaiya sih! Tapi kan gue gak enak sama lo, beruang kutubb!!"
"Terserah. Gue mau tidur. Capek."
Gema langsung menekan tombol merah dan meraih ponselnya, dibawa menuju kasur.
Cup!
"Istriii," rengeknya pelan, memeluk Gaby dari belakang. Menyembunyikan wajah di ceruk leher Gaby.
Ia mendesah kecewa karena parfum di leher gadis itu mulai pudar, namun aromanya tetap memabukkan untuknya.
"Kepala gue berat banget kenapa, ya?" gumamnya, bertanya sendiri seraya tangannya mengusap-usap pinggang Gaby.
Perlahan kedua mata Gema terpejam. Lelaki itu benar-benar kelelahan dibantai jadwal yang padat di bulan ini.
Menunggu Gema terlelap, Gaby membalikkan tubuh. Memeluk lelaki yang biasanya tidur telanjang dada, tapi kali ini memakai kaos.
Wajahnya perlahan mendongak, tangannya terulur menempel pada dahi Gema.
Mendadak wajahnya menampilkan raut sedih. Entahlah. Jika Gema sakit itu seperti bersalah sebab ia merasa tidak mengurus lelaki itu dengan baik dan benar.
Kali ini Gaby membiarkan tangannya menempel manis di pipi Gema. Mungkin bisa saja cara ini bisa menurunkan demam lelaki itu.
Perlahan matanya terpejam dengan rasa kantuk yang begitu berat. Gaby menyusul Gema ke dalam alam mimpi.
•••••
Pagi menyergap, mengusik tidur manis dua insan yang masih lekat pada kasur dan selimut.
Perlahan kedua mata indah itu terbuka dan melihat samar wajah damai yang ada di hadapannya.
Matanya beralih pada tangannya yang masih menempel di pipi Gema. "Kamu mau minum obat?" tawar Gaby, berbisik amat lembut.
Sepertinya Gaby tahu bahwa Gema semalam tidak bisa tidur nyenyak akibat suhu tubuhnya semakin naik dan tulangnya remuk seperti dihantam ribuan bola basket.
"Mau ini," balas Gema tanpa membuka mata, tangannya terulur mengusap lembut bibir Gaby.
Gadis itu menghela napas berat seraya menjauhkan pelan tangan Gema dari bibir.
"Aku hari ini libur aja, ya? Badan kamu makin panas. Atau abis sarapan mau langsung berobat?"
Gema menggeleng samar, mengeratkan pelukannya pada Gaby dan menopang wajah di pucuk kepala gadis itu.
"Gue cuman butuh istirahat, By. Nanti sore juga sembuh."
"Kalau gak sembuh gimana?" Tangan Gaby beralih menyentuh tengkuk Gema yang sama panasnya dengan dahi lelaki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Teen FictionIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️