52

1.5K 45 1
                                    

"Sayang ... udah siang," bisik Gema dengan suara berat dan seraknya, mendekat ke ceruk leher Gaby. Merengkuh pinggang posesif perempuan itu.

Perlahan kedua mata Gaby mengerjap. Merasakan cahaya mentari yang begitu terik.

Tubuhnya berbalik. Menatap wajah tampan yang membuat kedua bibirnya terangkat ke atas. Membentuk senyuman manis.

"Seger banget muka kamu," puji Gaby sambil meledek.

Gema tertawa samar. "Jelas, lah. Orang kamu udah ngasih--mmmph."

"Jangan diperjelas," tahannya. Menutup mulut Gema dengan satu tangannya. Membuat lelaki itu terkekeh.

"Sekarang udah jam berapa?" tanya Gaby, menjauhkan tangan dari mulut Gema.

"Satu siang."

Bugh!

"Tuh, kan. Kamu mah parah banget ..."

"Orang enak," balas Gema santai dengan tangan yang meraba-raba punggung polos Gaby.

"Ish ... dasar ketua BEM mesum!"

"Kan sama kamu doang."

"Buaya!" balas Gaby, memukul-mukul dada bidang Gema yang telanjang. "Sana kamu mandi duluan. Pasti Papa udah nyariin kita."

Namun Gema justru menangkup wajahnya sambil mengusap-usap lembut pipi itu.

"Makasih, ya," ucap Gema amat tulus sambil menatapnya sayu. "Maaf juga udah buat kamu capek."

Gaby terdiam tidak membalas. Membiarkan Gema berucap banyak di pagi ini. Eh, siang ini.

"Kenapa semalem gak di udahin aja? Aku jadi gak tega liat kamu kesakitan gitu."

"Tapi kamu bilang nanggung," balas Gaby dengan wajah polos. Membuat Gema tertawa geli.

"Iya juga, sih. Salah aku juga."

Gaby menggeleng cepat. "Gak ada yang salah. Orang itu--" Mendadak bibirnya rapat. Malu melanjutkan ucapannya sendiri.

"Hm?" Satu alis Gema naik. Menunggu lanjutan dari gadis manis itu.

"Gak jadi," lanjut Gaby, langsung membenamkan wajah di dada telanjang Gema.

Siang ini tidak terlihat begitu panas. Hawa Jogja hari ini begitu mendukung untuk sepasang kekasih itu tidak beranjak dari kasur.

"Tadi aku kebangun gara-gara Papa ngetok pintu bangunin buat sarapan," lapor Gema. Mengurai lembut rambut Gaby.

"Terus aku jawab aja aku nungguin kamu bangun. Papa malah balesnya kita disuruh bikin baby aja yang lama."

Refleks Gaby menjauhkan wajah. Mendongak guna menatap lelaki itu dari arah bawah.

"Emangnya semalem suara kita kedengeran, ya?"

Mendengar itu berhasil membuat Gema tertawa lepas. "Lucu banget, sih. Istrinya siapa, hm??"

"Aku lagi serius nanya tau," balas Gaby dengan wajah polos menatap netranya. 

"Aku juga lagi serius. Ini istrinya siapa, hm?? Lucu banget pengin aku gigit terus pipinya, lehernya, bibirnya, sama ..." Kedua mata Gema tertuju ke arah dada Gaby. Membuat gadis itu refleks mengusap wajah Gema.

"Ih, mesumm! Dasar ketua BEM cabul!" omel Gaby.

Gema terkekeh. "Kayaknya iya suara kita kedengeran," bisik Gema.

Kedua mata Gaby hampir membulat sempurna. "Hah ... gimana dong, Gema? Aku takut banget ... malu juga."

"Ngapain takut? Kan kita udah nikah. Itu namanya bukan diperkosa, Sayang."

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang