Tok
Tok
Tok
Baru lima detik menutup pintu dan sampai rumah, ia harus kembali berjalan meraih knop dan membuka pintu.
"Ngapain lo?" ucap Gema ketus, melihat Karisa meringis, menampilkan deretan giginya.
"Elah galak amat lo. Ini gue disuruh Bunda buat ngasih berkas-berkas. Nanti lo cek terus kasih ke gue lagi, dan lo tau apa ..." Karisa memainkan alisnya. Membuat Gema mengernyit heran.
"Apa?" desak Gema ketus.
"Gue keterima di kampus lo!" pekik Karisa, refleks memeluk Gema dan melingkarkan tangan pada leher lelaki itu.
Sialnya Gema juga tidak refleks menolak. Satu tangan lelaki itu hendak mendorong tubuh Karisa, namun gadis itu peka.
"Eum, sori. Refleks gue," ucap Karisa, tersenyum kikuk, menatap sekitar.
Gema berdeham singkat. Mengambil alih map yang berisi berkas. "Minggu besok baru bisa gue urus."
Karisa menoleh. Mengangguk cepat seraya melipat bibirnya. Ia tidak enak hati pada perlakuannya yang tadi.
"Yaudah, ya. Gue mau balik dulu."
Tidak ada balasan dari Gema. Lelaki itu terus menatap manik Karisa yang setelah tadi gadis itu tidak berani menatapnya.
Karisa hendak berbalik, namun tidak jadi saat mengingat bahwa ia juga harus memberi salam pada Gaby.
"Oh, ya. Nitip salam buat istri lo. Gak enak juga gue ke sini cuman ketemu lo doang."
Gema bergumam samar lalu mengangguk. Akhirnya gadis itu meninggalkan teras rumahnya.
Ia kembali masuk ke dalam, menutup pintu dan menguncinya.
"Mas Gema besok masuk kelas pagi, toh?"
Gema menoleh, mendapati Bi Hera yang tengah mengelap meja depan televisi.
"Iya, Bi. Gaby juga masuk pagi."
"Oke sip. Biar Bibi nyalain alarm lebih pagi. Selamat istirahat, Mas Gema dan Mbak Gaby."
Gema tersenyum simpul. "Makasih, Bi. Udah bibi jangan ngerjain kerjaan lagi. Udah malem juga, harus istirahat, Bi. Bisa dilanjut besok."
Bi Hera terkekeh seraya menggelengkan kepalanya. "Iya, Mas Gema, nanti Bibi istirahat, kok. Ini nanggung, hehe."
Gema memilih untuk melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar.
Daun pintu terbuka. Matanya menyisir ke segala ruangan. Ternyata setelah melangkah sedikit, ia melihat Gaby masih bermain ponsel di ranjang.
Padahal gadis itu tadi saat di restoran beberapa kali menguap."Katanya ngantuk," cibir Gema, melepas kemeja, lalu melemparnya tepat di keranjang baju kotor, belakang pintu.
Gaby melirik singkat pada lelaki yang kini telanjang dada dan berjalan ke arahnya.
"Udah enggak."
Satu alis Gema naik menatap heran Gaby yang begitu fokus bermain ponsel.
"Lo lagi chattan sama siapa? Serius banget kayaknya." Tubuhnya ikut bersandar pada kepala ranjang. Matanya melirik penasaran ke arah layar ponsel Gaby.
"Papa."
Gema membulatkan mulutnya singkat seraya mengangguk samar. "Tadi Karisa ke sini, nitip salam buat lo katanya."
Satu tangan Gema melingkar di pinggang Gaby. Menatap gadis itu dari bawah. Jujur saja ia gatal ingin melempar ponsel milik Gaby yang menghambatnya quality time.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Ficção AdolescenteIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️