67

927 27 7
                                    

"Hai."

"Halo. Nama kamu siapa?"

"Fernando. You can call me Fer or babe."

Gaby tertawa kecil mendengar itu. "Aku harus ke dalem. Mau bantu Mama beres-beres dulu."

"Boleh gue bantu?"

Dahi Gaby mengernyit melihat Fernando sangat membuatnya yakin. "Kebetulan gue udah tinggal di sini dari kecil. Dan lo kenapa pindah ke sini? Bukannya di sini gersang?"

"Karena ikut Papa," balas Gaby seadanya lalu tersenyum simpul. "Mama! Ada temen aku!" teriak Gaby dari ruang keluarga.

"Waaah! Temen baru, nih. Ganteng banget kamu kayak bule. Blasteran, ya?"

Fernando menyalimi tangan wanita itu. "Iya, Tante."

"Oh my god. Nama kamu siapa?"

"Fernando, Tante."

Gaby melirik lelaki di sampingnya. Tadi saat berkenalan dengannya Fernando menambahkan kalimat merayu. Kenapa ia terlihat berbeda di depan Mamanya?

Dasar lelaki buaya, batinnya.

"Tante kenapa mau pindah ke sini? Kan daerah sini gersang."

Fernando tampak akrab dengan Mamanya Gaby. Begitu pun dengan Papanya Gaby.

Meski umurnya tahun depan baru menginjak 17 tahun, Fernando bisa menyeimbangkan pembicaraan orang dewasa.

Ratusan hari Fernando dan Gaby lalui bersama. Keduanya masuk di sekolah yang sama namun dengan kelas yang berbeda.

"By."

"Hm?"

"Kalau gue punya pacar gimana?" tanya Fernando, menatap Gaby dari samping.

Saat ini keduanya tengah berbaring di rumah pohon yang orang tua Gaby bangun di depan halaman rumah. Tepatnya di seberang rumah Fernando dan Gaby.

"Gapapa," balas Gaby enteng.

"Lo gak cemburu atau sedih gitu?"

Gaby terkekeh. "Buat apa? Selagi kamu bahagia kenapa enggak?"

"Kalau gue sukanya sama--"

TINN!

"Haii!" teriak seorang lelaki dari bawah. Membuat Gaby beranjak dan mengintip.

"Halo!" sapa Gaby.

"Aku baru pindah ke sini! Kalian lagi apa? Boleh aku join?" Arza memakai aksen sopan aku-kamu seperti Gaby.

Fernando mendengus. Ia sedang menikmati suasana berdua bersama Gaby tapi dikacaukan begitu saja.

Arza ikut naik ke rumah pohon dan duduk di samping Gaby sambil memperkenalkan nama.

"Aku Arza. Kalau kamu?"

"Gaby," balasnya, menerima uluran tangan Arza.

Arza tampak manis dan terlihat begitu lembut jika menatap Gaby. Di pandangan pertama, Gaby merasa Arza adalah lelaki penyayang.

"Halo. Aku Arza," sapa Arza mengulurkan tangan pada Fernando.

"Fernando," balas lelaki itu malas. Memilih memejamkan mata dibandingkan menerima uluran tangan dari Arza.

"Eum ... Arza? Gimana kalau kita baca buku aja? Kebetulan di dalem ada banyak buku."

•••••

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang