Pukul sebelas malam Gaby masih terus menunggu Gema di sofa ruang televisi. Matanya menahan kantuk sambil menonton tayangan film.
Sesekali ia menguap dan membatin kenapa sudah jam segini Gema belum juga pulang.
Perlahan tubuhnya merosot di sofa dan berakhir berbaring di sana. Sungguh kedua matanya tidak bisa diajak kerja sama jika begadang.
Gaby akhirnya tertidur dengan rasa khawatir dan penasaran pada lelaki itu.
Tidak lama kemudian, suara knalpot motor Gema terdengar samar namun matanya begitu lekat dan melanjutkan tidurnya.
Akhirnya lelaki itu datang membawakan sebungkus jajanan dan juga jus permintaan Gaby.
Gema melangkah masuk, menyalakan lampu dan berjalan menuju dapur. Ia belum menyadari bahwa gadis itu menunggunya di sofa depan televisi sampai tertidur.
Saat hendak melanjutkan langkah menaiki anak tangga, matanya menyipit singkat dan mendapati Gaby yang tertidur di sofa.
Ia mendekat pada gadis itu, memberi kecupan singkat di dahi sebagai tanda maaf.
"Sayang ..." Tangannya mengelus pipi Gaby seraya berjongkok di hadapan gadis itu.
Gaby melenguh sesaat tanpa membuka mata. Ia melingkarkan kedua tangan pada leher Gema dan dibalas senyuman hangat oleh lelaki itu.
"Maafin gue ya kelamaan latihannya," ucap Gema dengan suara beratnya, beralih mengurai lembut anak rambut Gaby.
Perlahan ia menyusupkan tangannya di antara lutut dan leher gadis itu, lalu membawanya menuju kamar, di lantai dua.
Sesampainya di kasur, Gema tidak langsung menaruh gadis itu di atas sana. Tetapi lebih dulu bercermin sambil menggendong gadis itu.
"Gue udah cocok jadi ayah," gumam Gema, lalu tersenyum ke arah Gaby yang masih tertidur nyenyak.
•••••
"Nanti temenin gue latihan, ya?" Gema menarik lembut dagu Gaby sebelum gadis itu benar-benar keluar dari mobil.
Gadis itu mengangguk patuh, membuatnya langsung mengecup kilat pipi sedikit gembul itu.
"Gak usah cantik-cantik, ah." Bibir Gema sedikit maju ke depan.
"Kamu aneh banget."
Lelaki itu berdecak samar, lalu mengusap-usap bibir Gaby yang begitu menggoda karena memakai liptint.
"Ngapain, ih? Aku mau ke kelas, ya?" pamit gadis itu, membuat Gema menggelengkan kepala.
"Masih lima belas menit lagi juga. Masih lama, Sayang."
Sebuah pukulan kecil di dada diterima oleh Gema dari gadis itu. "Jangan gitu. Jantung aku lama-lama gak sehat tau."
Satu alis Gema naik. Menatap Gaby dengan teliti. Lelaki itu tersenyum amat manis seraya memajukan wajah lebih dekat.
"Coba gue cek jantung lo," bisik lelaki itu, yang menuai tatapan tajam dari Gaby.
Perlahan ia melepas kedua tangan Gema yang menangkup pipinya. "Kamu tau gak?" tanya Gaby begitu menggantung.
"Enggak. Karena lo belum ngasih tau gue."
"Aku akhir-akhir ini kepikiran penyakit kamu," ucap Gaby amat pelan, terus menatap dalam manik lelaki di depannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Novela JuvenilIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️