25°

3K 71 0
                                    

Pagi menyergap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi menyergap. Cahaya mentari masuk setelah gorden dibuka lebar. Ia kembali naik ke atas kasur, memindahkan kepala Gaby agar tertidur di lengannya yang kekar.

"By," bisiknya dengans suara lembut, sambil mengusap-usap pipi gadis itu.

Gaby melenguh sesaat sebelum menyadari Gema sudah lebih dulu bangun darinya.

Ia membalikkan tubuh, kembali memejamkan mata dengan satu tangan yang melingkar di perut Gema.

"Kepalanya sakit," keluh Gaby amat pelan, membuat Gema menghentikan kegiatannya mengusap pipi gadis itu.

"Hm?"

Gaby tidak mengulang lagi ucapannya. Ia justru semakin mendekat dan menenggelamkan wajah pada perut Gema.

Satu tangannya terulur menempel di dahi gadis itu. Ternyata cukup hangat. "Berobat aja, ya?" tawarnya, mendapat gelengan kecil dari Gaby.

"Yang sakit apa lagi?"

"Perut."

Tanpa ragu, tangan Gema beralih menyingkap kaos yang dipakai olehnya. Lelaki itu kini benar mengusap-usap lembut perutnya.

"Tangan kamu dingin," ucap Gaby hampir seperti bisikan, menuai kekehan singkat dari Gema.

"Hari ini sebenernya gue mau ke kampus. Tapi kayaknya gak jadi," tutur Gema.

"Kenapa?" Gaby membuka mata perlahan. Mendongakkan wajah guna menatap Gema.

"Lo lagi sakit. Mana bisa gue tega ninggalin lo gitu aja."

Gaby kembali memejamkan mata, menikmati usapan di perutnya dari lelaki itu.

"Gaby."

"Eum ..."

"Lo emangnya gak mau punya anak?"

Gaby menggeleng kecil. Berhasil membuat Gema cemberut singkat.

"Kenapa?"

Gaby kembali menggelengkan kepalanya.

"Kalau gue pengin punya anak gimana?"

"Nikah lagi aja," balas Gaby cepat dan asal.

Mendengar balasan Gaby membuat tangannya berhenti mengusap perut kecil itu, beralih mencapit gemas pipi Gaby.

"Gak bisa diajak serius lo kalau ngobrol," ucap Gema, lalu mengecup bertubi-tubi pipi gadis itu.

•••••

"Bi Hera mana?" tanya Gaby setelah mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Pundaknya dirangkul oleh Gema, dituntun menuju sofa depan televisi.

"Di rumah Bunda lagi rujakan."

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang