"Haloo gais! Gimana? Udah pada siap??"
Gaby menoleh ke sumber suara. Ternyata Papa datang dengan begitu heboh.
"Papa ikut?" tanyanya dengan sedikit heran sebab pria itu membawa koper dan ransel.
"Jege lagas igi kugut dong!!" balas Papa semangat dengan bahasa G. "Emangnya Gema gak kasih tau kamu yeah?"
Gaby menggeleng sambil kembali mengemasi barang-barang ke dalam koper. Siang ini ia harus menjenguk Tante Deca terlebih dahulu.
Kemudian sore hari nanti akan berangkat ke Jogja dengan kereta yang sudah Papa pesankan tiketnya.
"Lho, Gema ke mana? Kok sepi, sih?"
Papa berjalan-jalan ke sembarang arah hingga sudut ruangan.
"Lagi rapat, Pa." Gaby membalas sekenanya.
"Ish, sibuk sekalii suami kamu itu."
"Kayak Papa dulu," balas Gaby mencibir.
Papa mendadak merubah raut wajahnya menjadi datar. "Gaby."
"Hmm."
"Papa minta maaf ya dulu jarang ada waktu buat kamu," ucap Papa sangat serius. Berdiri di belakang Gaby yang tengah sibuk memasukkan barang ke koper.
Gadis itu masih terduduk di lantai dengan posisi membelakangi Papanya.
"Maaf banget kalau kamu harus ngerasain sepi sendirian."
Gaby menghentikan pergerakannya. Kedua matanya terpejam sejenak berbarengan menghela napas panjang.
"Kenapa gak dari dulu Papa bilang gini pas Mama masih ada?"
Papa terdiam membeku.
"Mama lebih ngerasain sepi daripada aku. Bahkan di hari terakhir Mama, Papa lagi di luar kota. Gak bisa langsung pesen tiket, kan? Lebih mentingin rapat dibandingkan Mama dimakamin, kan?"
Baru kali ini Gaby berbicara panjang-lebar dengan Papa. Sebab ia memang tidak dekat dengan Papa.
Papa lebih sering menghabiskan waktu di kantor. Sibuk mengurusi perusahaan yang sampai saat ini menurut Gaby berkembang hanya sedikit saja.
Gaby tidak ingin mengatakan semua yang Papa lakukan sia-sia. Tapi apakah Papa tidak merasa bahwa usahanya terlalu keras hingga melupakan hal yang begitu penting? Yaitu istri dan anak.
"Gaby ..."
"Udah, Pa. Aku lagi gak mau bahas itu lagi. Kita mau liburan. Cukup seneng-senengnya aja." Gaby kembali menata barang di koper.
Sedangkan di lain tempat, Gema terus menginterogasi Fernando di ruang BEM.
"Usahain anak lain jangan masuk dulu," pesan Gema pada Reno yang menjaga pintu ruangan BEM.
Ia kembali mendekat pada Fernando yang duduk di kursi. Lelaki itu terus menatap bengis ke arahnya.
"Bilang ke gue lo mau apa. Setelah itu jangan usik soal plat nomer mobil gue."
Fernando tertawa palsu. "Lo kira segampang itu gue mau?" balasnya. "Gema ... Gema ... seorang ketua BEM Unreeda itu punya prestasi. Bukan malah bunuh orang."
Bugh!
Tanpa aba-aba Gema memulai pukulan itu tepat di sudut bibir Fernando. Membuat sebuah darah mengucur dari sudut bibir lelaki itu.
"Lo lama-lama bangsat juga, ya." Ia menatap tajam lelaki di depannya yang mengusap-usap ujung bibir.
Reno berusaha menahan diri untuk tidak ikut melerai. Sebab ia sudah diperingatkan dari semalam oleh Gema.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Teen FictionIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️