49

1.7K 57 0
                                    

Pagi ini Gaby sibuk mengurusi bayi besar yang sedang demam. Mengapa dikatakan bayi besar? Sebab Gema sedari tadi terus merengek tidak jelas ketika Gaby beranjak dari kasur.

Lelaki itu tidak ingin Gaby menjauh darinya. Sedangkan Gaby harus memasak bubur, menyiapkan air hangat untuk termos, serta bertukar pesan dengan Bunda perihal obat Gema.

"Gabyy ..." Gema sedikit berteriak namun lirih. Memanggil gadis itu yang keluar kamar sudah setengah jam lamanya.

Gaby mengecilkan api di kompor, lalu berjalan menuju kamar. "Aku lagi buat puding," ucapnya menyembulkan kepala dari balik daun pintu.

"Di sini aja ...," rengek Gema, menepuk-nepuk kasur. "Aku kan gak minta puding."

Ya memang benar Gema tidak meminta puding. Tapi lelaki itu seringkali meminta puding padanya secara mendadak. Apa tidak kebingungan? Ditambah lagi membuat puding itu tidak semenit langsung jadi.

Akhirnya Gaby masuk ke dalam kamar. Terduduk di samping Gema yang langsung menenggelamkan wajah di perut gadis itu.

"Kamu di sini aja, temenin aku." Pintanya, menuai kekehan samar dari Gaby.

"Kamu lucu kalau ngomong aku-kamu ke aku," balas Gaby, sambil menyugar rambut hitam pekat milik Gema.

Perlahan Gema menaikkan wajah. Menatap Gaby dari bawah. "Aku gak pantes ya ngomong gitu ke kamu?"

Gaby menggelengkan kepalanya cepat dengan bibir yang menahan senyum. "Enggak, kok. Pantes-pantes aja. Malah lucu."

Mendengar itu Gema kembali menyembunyikan wajah di perut Gaby. Ia malu mendengar penuturan gadis itu.

Pasalnya Gema tidak pernah dipuji lucu dengan orang yang diperjuangkan selama ini.

Memang banyak pujian untuknya dari mahasiswa Unreeda. Namun ia merasa berbeda jika Gaby yang memujinya.

Gema saat ini benar-benar gila karena cinta.

Suasana hening sejenak. Gaby menikmati tangannya yang mengurai-urai rambut Gema.

Ia menelisik sejenak ruangan yang baru ia tempati dua hari ini. Ternyata Gema adalah tipe orang yang rapi dan teliti juga jika memilih sesuatu.

Aquarium berukuran sedang ada di pojok dekat jendela yang mengarah ke balkon dan pemandangan luar.

Di depan kasur terdapat lemari televisi yang sangat minimalis dan tidak membuat ruangan sempit.

Dan di dalam kamar ini terdapat wardrobe minimalis namun terlihat mahal. Di dalam sana ada pakaian dirinya dan juga Gema yang lelaki itu tata dengan begitu rapi.

Tidak lupa juga ada kamar mandi yang di dalamnya terdapat bath up yang letaknya di samping jendela berukuran besar.

"By."

"Eum?"

"Kalau aku ngelakuin kesalahan besar ... kira-kira kamu bakal ninggalin aku gak?" tanya Gema dengan suara beratnya. Masih setia bersembunyi di perut Gaby.

"Tergantung."

Mendadak Gema sulit menahan salivanya. Kedua tangannya terulur melingkar di pinggang Gaby. Berharap gadis itu tidak meninggalkannya detik ini juga.

"Kenapa nanya gitu? Kamu ngelakuin kesalahan apa emangnya?" tanya Gaby penasaran. Dan menghentikan usapannya pada rambut Gema.

"Enggak," balas Gema singkat.

"Aku ke dapur bentar, ya? Mau ngecek pudingnya. Takut gosong."

•••••

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang