"Ma, Gaby pengin cerita soal Arza. Kita mau--"
"Kamu tau gak, Nak? Anaknya tante Dian tuh ganteng banget tau. Dia juga kuliah sambil kerja freelance gitu di rumah."
"Oh? Bagus, dong," balas Gaby sekenanya, melempar senyum simpul yang terpaksa.
"Kebetulan banget hari ini Mama mau ketemuan sama tante Dian. Kamu ikut, yuk?"
"Aku ada janji sama Arza, Ma."
Wanita itu melengkungkan bibirnya. "Padahal tante Dian kangen banget tau sama kamu."
Gaby terdiam sejenak untuk memilih keputusan yang sulit. "Hari ini banget?"
Mama mengangguk lesu namun matanya binar penuh harap pada anak satu-satunya itu. "Mau, ya?"
"Oke Gaby mau. Jam berapa kita ke Bandung?"
Mama justru tertawa kecil. "Tante Dian yang mau ke sini, Nak. Dia kebetulan dianter sama anaknya juga. Jadi--"
"Aku ke kamar mandi dulu, Ma. Kebelet pipis," alibi Gaby menghindari Mama bercerita panjang-lebar mengenai anaknya tante Dian.
•••••
Tangannya gemetar menyentuh nisan bertuliskan Algemantra Wiratama bin Dendi Wiratama.
Sudah hampir satu jam lamanya ia bersimpuh di makam itu. Sama halnya dengan Bunda, Papa, Jalu, Reno, Disa, dan teman-teman Gema lainnya.
Proses pemakaman tadi berjalan lancar. Padahal Gaby mati-matian menahan tubuh agar tidak pingsan. Ia masih ingat bahwa ada malaikat kecil di dalam perutnya.
"By? Udah waktunya lo harus makan siang. Kita pulang, yuk?"
"Rumah aku di sini, Disa ...," balas Gaby lirih. Memeluk erat nisan itu dari samping.
"Aku udah kehilangan dua orang yang aku sayang ..." Begitu sesak Gaby mengeja setiap kata yang keluar mulut.
Gaby sengaja meminta suaminya dimakamkan di samping makam Mamanya. Dua pihak keluarga pun setuju agar Gaby dan siapapun itu mudah mengunjungi makam ini.
Sinar matahari semakin panas dan menyengat. Meski ada tenda yang menutupi mereka, tetap saja keringat terus bercucuran.
"Nak," panggil Bunda dengan amat lembut. Menahan gemetar dan isak tangis. "Hari ini kamu belum makan. Sekarang kita pulang dan makan bareng, okey?"
Gaby tidak membalas. Berat sekali hatinya meninggalkan rumah terakhir Gema. Rasa sakit ini mengapa kembali muncul setelah ia berusaha sembuh?
Rasa sakit ini terulang kembali sama halnya seperti ia kehilangan Mamanya waktu itu.
"Jangan nangis, dong. Aku janji bakal terus ngabarin kamu sama ngirim makanan kesukaan kamu."
Tangan Gaby meremas kuat syal hitam yang menjuntai ke bawah. Ia ingat sekali dengan kalimat itu. Kalimat yang Gema ucapkan sebelum beberapa jam pergi untuk KKN.
Aku gak suka janji Gema ... aku gak suka ...
•••••
Tante Dian memang sangat baik. Gaby akui itu. Sifat tante Dian sangatlah hangat dan ramah.
Tapi ia sedikit menghindar akibat Mama selalu saja menjodoh-jodohkan dirinya dengan anaknya tante Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Teen FictionIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️