11°

2.5K 60 1
                                    

Tepat pukul sebelas malam ia terbangun dari tidurnya akibat getaran ponsel di bawah kasur amat mengganggu.

Dengan perlahan ia melepas tangannya yang menjadi bantalan kepala Gaby, dan beranjak, menuju balkon.

"Halo! Sorry gue nelpon lo malem-malem, Gem. Ini Kemal udah nemu markasnya si kutu kupret."

"Hm, gapapa," balas Gema dengan suara beratnya. "Itu kalau dipantau dulu aman gak menurut lo?"

"Gak tau, ya. Gue gak bisa ngasih kepastian. Masalahnya Kemal bilang ke gue, kalau si kutu kupret itu gak nentu nongkrong di markas mana. Kemal pun gak tau ini tempatnya dia yang ke berapa."

Gema menyugar rambut belakang seraya menoleh singkat pada Gaby yang masih terjaga tidurnya.

"Lo datengin dulu ke sana. Gue otw nyusul."

"Jangan bego. Kasian bini lo nanti. Udah gapapa ini gue sama Kemal aja. Soal dia gimana, nanti gue usahain bawa si kutu kupret itu ke ruang BEM."

"Gue punya ide," ucap Gema singkat.

"Apa tuh?"

"Minjem satu anak HIMA buat mancing dia. Lo bilang dia masuk HIMA, kan?"

"Ah, iya juga, ya. Tau gitu gue dari tadi siang konfirmasi ke temen gue. Yaudah lah gue sama Kemal mau pulang dulu."

Gema terdiam sejenak.

"Gue ikut lo aja. Kalau lo yang mau konfirmasi ke anak HIMA, gapapa. Berarti urusan gue pas nyidang dia doang, awokwikwok. Bjir."

"Yaudah ati-ati. Otak lo mulai geser, gws."

Gema memutus sambungan telepon sepihak. Jarang sekali Reno tertawa alay seperti tadi.

Ia kembali menuju kasur. Meraih pinggang Gaby dan mendekatkan pada dirinya.

"Gema," panggil gadis itu amat pelan kala Gema hampir memejamkan mata.

"Hm?" Satu tangannya mengurai anak rambut. Agar ia bisa melihat jelas wajah damai gadis itu.

"Laper," cicit Gaby, menuai kekehan samar dari Gema.

"Lo kebangun ya karena gue brisik nelpon?"

Gaby menggeleng singkat. "Karena laper," balasnya amat pelan dan terdengar polos bagi Gema.

"Mau makan apa, hm? Bi Hera tadi izin pulang ke rumah Bunda. Soalnya mau bantuin Bunda masak besar buat acara besok," jelas Gema, tanpa menghentikan usapan pada punggung Gaby.

"Pesen online aja."

"Oke, mau apa? Gue pesenin sekarang."

"Terserah kamu yang penting jangan ber-kecap."

"Nasi goreng?"

Gaby menggelengkan kepalanya singkat. "Itu ada kecapnya."

"Ramen?"

"Gak mau yang berkuah."

Gema menghela napas berat. Membuat Gaby membuka mata dan tersenyum simpul pada lelaki itu.

"Burger," ucapnya meminta, menuai anggukan dari Gema.

•••••

"By."

"Gaby?"

"Udah siang ayo bangun."

Tangannya tidak berhenti mengusap lembut pipi gadis yang masih damai dalam bunga tidur.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang