64

1.8K 57 2
                                        

Disa tertawa. "Bener juga, ya. Tapi gue mau deh nyobain punya rambut lurus kayak lo."

"Aku tau gimana caranya."

"Hahh?? Gimana-gimana??"

"Nanti di apart aku kasih tau, ya."

Mereka menghabiskan sore hari ini dengan memakan ice cream dan berbincang santai.

Tepat pukul tujuh malam Gaby dan Disa sampai di apartment. Keduanya masuk dan merebahkan tubuh di kamar kedua--bukan kamar Gema dan Gaby.

"Bagus banget deh unit lo. Furniture lo branded semua, By. Kira-kira abis berapa puluh juta beli gituan?"

Gaby menoleh. "Aku gak tau, Dis. Soalnya yang beli semua itu Gema."

Disa menghela napas sambil menatap langit-langit kamar. "Enak juga ya hidup lo, By," gumamnya.

Kedua perempuan itu kini menatap langit-langit kamar sambil merenung.

"Daripada mikirin hidup, mending kamu ikut aku." Gaby beranjak dari duduk. Menarik Disa untuk berdiri dan menuju lemari.

Ternyata ibu hamil itu mengeluarkan sebuah wig yang begitu cantik. "ANJIR! Lo kok bisa sih punya wig??"

Gaby tersenyum seraya mengangguk. "Rambutnya lurus, kan? Coba kamu pakai terus ngaca di sana." Ujuknya ke arah cermin rias.

Disa langsung mengambil alih wig itu dan memakai di rambutnya. Bibirnya melengkung ke bawah setelah bercermin.

"Ternyata aneh juga, ya. Gue beneran gak cocok punya rambut lurus gini."

"Nah, berarti Tuhan emang udah nyocokkin kamu punya rambut yang bagus itu, Disa. Jadi buat apa pengin jadi kayak orang lain?"

Senyum Disa mengembang manis. Ia memandang wajahnya lekat di cermin. Beralih menatap Gaby yang terlihat dari sana masih berdiri di dekat lemari.

"Lah iya juga. Ternyata Tuhan tuh baik banget sama gue. Cuman selama ini aku-nya aja yang gak pernah peka. Btw lo tau gak, By?" Disa membalikkan tubuh.

"Kenapa?"

"Gue udah masuk islam dan udah ijab qobul sama Reno seminggu sebelum dia berangkat KKN."

"Huh??!"

Disa mengangguk tersenyum malu. "Waktu kita ketemu di bioskop itu aslinya pas pagi-nya kita akad. Cuman keluarganya Reno, gue, sama abang doang yang dateng ke KUA."

"Kamu seriusan?" beo Gaby tidak percaya. Menghampiri Disa, lalu terduduk di tepi ranjang.

"Iya, By. Gue serius gak bohong. Makanya abang waktu itu gak kebagian kamar hotel gara-gara gue tidurnya sama Reno."

Disa tertawa kecil melihat wajah lucu dari Gaby yang sangat terkejut mendengar kabarnya.

"Haha! Kaget banget kayaknya lo. Sebenernya gue gak mau cepet-cepet, sih. Tapi Reno bilang mau nunggu apa lagi? Keluarganya udah ngasih rumah sama kendaraan yang lebih dari cukup. Dan dia juga yang ngewarisin perusahaan mamanya."

•••••

"Base lagi rame jir. Emang biang keroknya anak FEB," umpat Jalu sambil melihat-lihat beranda twitter.

"Tentang Gema lagi?" tanya Reno mendapat anggukan dari Jalu. "Padahal udah punya bini tapi masih aja dikejar-kejar. Gak waras mahasiswi Unreeda."

Selang beberapa menit Gema datang sambil membawa secangkir teh manis hangat. "Lo nikah tanpa ngundang gue sama Gaby?"

"Gue mah belum nikah. Calonnya aja masih di sortir di gudang," balas Jalu santai.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang