"Jadi kamu selama ini gak tau ceritanya?"
Di pagi hari ini Papa sudah dibuat kaget dengan Gaby yang sama sekali tidak tahu kronologi kecelakaan Mamanya waktu itu.
Pasalnya saat itu Gaby sedang ujian dan pikirannya mendadak kalut mendengar bahwa Mamanya meninggal di tempat.
"Enggak," balas Gaby. Sambil memilin ujung piyamanya.
Kini ia duduk bersebelahan dengan Gema. Sarapan bersama sudah selesai beberapa menit lalu. Dan yang pertama kali membuka obrolan lebih dulu adalah Gema.
Lelaki itu benar berani menanyakan perihal kejadian dua tahun lalu yang sebenarnya sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi. Karena sudah selesai dan bersih semuanya.
"Wagak tugu--"
"Gaby lagi gak mood bercanda," sela Gaby saat mengetahui Papanya kumat memakai bahasa "G".
Dari bawah meja tangan kekar Gema merambat perlahan meraih jemari kecil itu, namun sayangnya sang empu menjauh seraya mendelik tajam ke arahnya.
Gema berdeham tertahan merasakan aura Gaby yang begitu tegang dan berhasil membuatnya ketar-ketir.
"Oke oke maaf, ya, Nak. Jadi waktu itu meskipun Papa masih di luar kota, tapi ada karyawan yang Papa tugasin buat usut tuntas kasus kecelakaan Mama."
"Dan waktu di TKP, karyawan Papa itu langsung ngasih foto keadaan dua mobil yang rusak. Tapi mobilnya Gema cuman rusak bagian depannya doang. Iya, kan, Gem?"
Gema mengangguk samar. Sesekali mencuri pandang pada Gaby yang terus menatap datar Papanya.
"Di sana Papa langsung mintain karyawan Papa buat fotoin dong siapa aja korbannya. Ternyata ada Gema. Anaknya temen Mama kamu yang sekarang jadi suami kamu ini."
Gaby mengerjapkan mata. Dari ujung matanya ia bisa melihat Gema sesekali menoleh ke arahnya. Seperti meminta tangannya untuk lelaki itu genggam.
"Hukum tetap berjalan, dong. Papa gak mandang siapapun orangnya."
"Tapi Papa harus adil dengerin dari pihak supirnya Mama, sama pihak Gema dan temen-temennya waktu itu."
"Setelah Gema keluar dari rumah sakit--"
"Huh?" beo Gaby refleks.
Papa menepuk jidatnya sambil mengaduh. "Masa iya Papa harus ceritain juga ada berapa jaitan di kepala Gema?"
"Pa ...," ucap Gema. Memberi tatapan pada mertuanya seolah 'bahas yang tadi aja. Jangan yang ini'
"Pas di sidang waktu itu, keputusannya supirnya jadi tersangka dan harus dipenjara beberapa tahun. Tapi beruntungnya Gema ngasih tau Papa soal supirnya, ternyata supirnya udah berkeluarga. Dan anak sama istrinya masih butuh banget sosok seorang ayah."
"Ya memang itu kesalahan supir yang harusnya ngantuk dan capek itu istirahat tapi malah dipaksain."
"Waktu itu juga Papa langsung cabut berkas dan mutusin buat biayain anaknya yang lagi sakit leukimia di rumah sakit."
"Sayangnya gak lama dari itu, Papa denger berita dari supirnya. Kalau anaknya udah gak bisa diselametin karena penyakit itu."
Deg!
Batin Gaby mencelos begitu saja mendengar keterkaitan leukimia dan kematian.
Tatapannya berubah menjadi sayu dan beralih ke arah halaman belakang rumah yang bisa dilihat dari jendela.
Menit selanjutnya Gaby tidak bisa fokus dan tidak bisa menangkap jelas ucapan Papa. Padahal ini perihal penting mengenai mendiang Mamanya.
"Sebelum Mama meninggal juga kan Gema sering ke rumah sama Bundanya. Iya kan?" tanya Papa yang mendapat anggukan dari Gema.
![](https://img.wattpad.com/cover/354476104-288-k677198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALGEMANTRA [END:REVISI]
Ficção AdolescenteIa ingin membuktikan. Bahwa cinta tumbuh itu bisa dari rasa terpaksa. --Algemantra-- 9aglie© (BELUM REVISI) Start : Selasa, 24 Oktober 2023 Finish : Kamis, 23 Mei 2024 🎖 RANK #1 married [Sabtu, 9 Maret 2024] plagiat? viral ❕️