58

1K 36 0
                                    

"Selamat ulang tahun, Gema."

Seharusnya itu yang ia dapatkan di hari ini dari Gaby. Tapi perempuan yang tengah tertidur pulas menghadap ke arahnya itu belum juga terbangun.

Dengan segala cara dan paksaan yang diberikannya semalam, akhirnya Gaby kalah dan tidak mengusirnya dari kamar bernuansa pink dan biru laut ini.

Satu tangannya terulur menyingkirkan perlahan anak rambut Gaby yang menutupi wajah cantik perempuan itu. Gue jadi ngerasa gagal bimbing lo, By.

Merasa gagal sejak gadis itu menyatakan dengan tiba-tiba ingin berpisah dengannya. Pikirannya sejak semalam tidak berhenti berputar, mengingat kesalahan yang diperbuat.

Apakah Gaby cemburu dengannya perihal mengobrol hanya berdua dengan Karisa di ruang BEM?

Tapi Gema tidak menyangka akan sefatal ini akibatnya. Gaby juga tahu bahwa Karisa sudah memiliki kekasih di luar negeri.

Gema jadi tidak sabar menebak kesalahannya itu saat Gaby bangun nanti.

"Sayang ... aku hari ini ulang tahun tau. Kamu gak mau ngucapin janji kamu waktu itu?" bisik Gema, lalu tersenyum memandang lekat wajah Gaby.

Gaby melenguh saat merasa ruangan sudah tidak lagi gelap. Ada sedikit cahaya matahari yang masuk dari celah gorden, dan berhasil membuatnya membuka mata.

Pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah Gema yang terlihat begitu menunggunya bangun dari tidur.

"Ngapain?" tanya Gaby acuh, sedikit menjauh dari tubuh Gema, namun ditahan oleh lelaki itu pinggangnya.

"Kamu marah sama aku karena kemarin aku ngobrol sama Karisa berdua di ruang BEM?"

"Aku gak ada tenaga buat marah soal itu."

"Terus apa?" Pancing Gema. Semakin mendekatkan tubuh perempuan itu padanya, sehingga tidak ada jarak yang tersisa.

"Pikir sendiri."

Bibir Gema melengkung ke bawah mendengar itu. "Jangan galak-galak, sayang. Nanti aku gigit mau?"

Gaby tidak ada waktu untuk bercanda. Perempuan itu beralih menatap bagian dadanya yang terbuka, hanya tertutup oleh selimut.

Ini kerjaan Gema.

"Kamu ngapain, sih?" tanya Gaby sewot, membenarkan bra dan bajunya.

"Nyusu."

Bugh!

Gaby memukul dadanya keras, namun sama sekali tidak sakit sedikit pun baginya.

"Katanya semalem boleh."

"Aku gak ngomong gitu," balas Gaby ketus.

"Iya, ah. Kamu ngomong ke aku gini, "Nyusu aja, Gema ... itung-itung hadiah dari aku buat ulang tahun kamu""

Gema terkekeh saat melihat wajah Gaby yang kesal. Ternyata seru juga menjahili perempuan itu.

"Awas, ah. Aku hari ini mau keluar. Kamu pulang aja sana ke apart."

"Gak mau. Aku mau ngurung kamu di sini nyampe kamu jelasin apa kesalahan aku."

Gaby mendongak. Menatap tajam wajah bangun tidur Gema yang  ketampanannya berkali lipat.

"Kesalahan sebesar itu kamu tetep gak ngerasa bersalah?? Kamu sebenernya gak ngerasa atau pura-pura gak tau?"

Lelaki itu terdiam. Menjabarkan pertanyaan Gaby yang amat rumit.

"Kalau bukan karena keinginan Mama, aku gak bakal mau kenal sama kamu, pembunuh."

Jemari Gema yang berada di pinggang Gaby semakin erat. Menahan perempuan itu yang terus memberontak ingin lepas darinya.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang