24°

1.6K 41 1
                                    

Gaby:

Aku ada kerkom buat matkulnya Pak Ghani

Kamu balik duluan aja

Kunci di deket rak sepatu

Gema menghela napas panjang membaca pesan dari gadis itu. Ia beralih kembali fokus pada pria yang tengah menerangkan materi.

Sedangkan di tempat lain, Gaby berusaha mati-matian matanya tidak menangis.

Tubuhnya terduduk di kursi taman belakang gedung fakultas. Beberapa orang berlalu-lalang, berbicara santai dan terlihat seperti asyik dengan lawan bicaranya.

Ia mengecek ponsel. Ternyata pesannya hanya dibaca oleh Gema. Suasana hatinya mendadak berubah menjadi aneh.

Ditambah lagi pesan dari grup alumni yang membuatnya semakin tidak tenang.

Arza semakin parah. Lelaki itu belum juga pulih. Seharusnya kemarin ia tidak membatalkan ucapan Gema yang mengizinkannya--walau terpaksa--bertemu dengan Arza.

Ponsel dimatikan. Gaby tidak benar-benar kerja kelompok. Ia hanya ingin pergi ke suatu tempat yang mungkin membuat suasana hatinya sedikit tenang.

Ia memutuskan untuk beranjak dari duduk dan melangkahkan kaki menuju halte kampus.

•••••

Sesampainya di sebuah komplek, ia berjalan pelan menuju pagar putih yang sudah karatan.

Tangannya yakin untuk mendorong pelan pagar sebatas perutnya itu. Namun suara berat dari belakang membuatnya urung dan berbalik.

"Ngapain lo ke sini? Mau buat Arza makin parah?"

Gaby beralih menatap sekitar. Jujur ia juga tidak tahu niat ini yang mendadak ingin berkunjung ke rumah lamanya dan berujung membuka pagar rumah Arza yang bersampingan dengan rumahnya.

"Gini aja gak bisa jawab. Mau lo apa, sih, By??" desaknya, membuat Gaby semakin sedih.

"Lo udah ninggalin dia gitu aja."

"Terus sekarang lo nyariin dia??" Fernando tertawa miris. "Gila lo."

Gaby menoleh cepat. Menatap manik tajam itu. "Aku cuman mau tau kondisi dia sekarang."

"Cuman lo bilang??"

Tidak ada balasan dari Gaby, menuai kekehan samar dari Fernando.

"Udah, deh. Mending lo pulang. Kelonin suami lo itu."

Gaby enggan menghiraukan ucapan Fernando, sahabat Arza. Ia membalikkan tubuh, meraih pagar dan mendorongnya pelan.

"Selangkah lo masuk, gue gak bisa jamin Gema besok hidup."

Langkah Gaby terhenti.

"Pulang," usir Fernando dengan suara dinginnya. Kali ini lebih menyeramkan dibandingkan tadi.

"Aku mau ketemu ibu," ucap Gaby amat pelan. Kembali melangkah masuk ke halaman rumah Arza yang bernuansa tahun 90-an.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang