60

3K 81 6
                                        

Sepasang tangan melingkar posesif di pinggang kecil dan perut yang masih datar. Wajahnya sedari bangun tidur tadi murung akibat perempuan itu sudah menaruh koper di dekat pintu.

"Kamu udah gak sayang lagi ya sama aku?" bisik Gema, mendusel-duselkan wajah di ceruk leher Gaby yang tengah berdiri di pantry.

Gaby kini sedang mengaduk susu dan juga menyiapkan sarapan sederhana untuk dirinya dan juga Gema.

"Sarapan dulu," suruh Gaby dengan nada cueknya. Berusaha melepas kedua tangan Gema dari pinggangnya namun nihil usahanya.

"Sayangg," rengek Gema. Terus mendusel-duselkan wajah. Tidak lupa juga tangannya mengusap lembut perut perempuan itu. "Aku janji abis KKN ini bakal buktiin semuanya."

Gaby terhenyak mendengar itu. Apakah ia tidak salah dengar Gema akan KKN? Lelaki itu bahkan tidak menceritakan hal penting ini padanya.

Tubuh Gaby perlahan berbalik. Menghadap Gema yang menatapnya sayu. "Kam--"

"Kamu mau KKN?" sela Gaby. Menyelidik dua bola mata lelaki di depannya.

Gema mengangguk mendengar pertanyaan itu.

"Dan kamu gak cerita ke aku?"

Refleks Gema langsung tersentak dan membawa Gaby ke dalam pelukan. Ia langsung meminta maaf pada perempuan itu sebab kesalahannya terulang lagi. Yaitu tidak pernah terbuka soal apapun.

"Sayang ... maaf."

"Maaf aku beneran udah kalut banget sama kemarin."

"Aku dicopot jabatan."

"Ditambah lagi--" Ucapan Gema terputus kala Gaby langsung melerai pelukan.

"Dicopot jabatan? Maksud kamu ..."

Gema mengangguk lesu dengan bibir melengkung ke bawah. "Aku udah dicopot jabatannya jadi ketua BEM. Aku udah gagal jadi pemimpin, By."

Padahal Gaby tidak tahu jika Gema dari awal sudah mendapat peringatan dari pihak kampus. Yang menyatakan bahwa ketua BEM dilarang menikah sebelum jabatannya selesai.

Namun dengan kekuatan para mahasiswa di Unreeda, pihak kampus dan rektor pun memberi keringanan bagi Gema.

Dan ketika sudah di titik mengetahui Gaby hamil. Gema pun dipanggil menghadap rektor dan beberapa rektor lainnya.

Bukan berarti Gaby tidak boleh hamil atau bahkan yang lainnya. Tapi pihak rektor hanya ingin Gema fokus di antara salah satu itu.

Sebab mengurus organisasi besar yang penting dengan rumah tangga adalah sebuah hal yang cukup berat. Harus dipilih salah satu di antara itu.

Perlahan Gaby mengalihkan pandangannya ke segala arah. "Anterin aku ke Papa atau Bunda."

"Kamu serius gak mau di sini aja? Aku udah nyuruh dokter kandungan buat seminggu sekali ke sini, ngecek kondisi kamu. Dan aku juga udah nyuruh Disa buat nemenin kamu di sini."

"Aku udah gak mau di sini, Gema," tekan Gaby.

Dagu Gaby dinaikkan lembut oleh tangan besar milik Gema. Dilihatnya saksama setiap inchi wajah perempuan di hadapannya.

"Sayangnya aku gak percaya. Mata sama mulut kamu beda, sayang." Gema tersenyum miring, terkekeh lucu melihat Gaby yang masih enggan menatapnya.

"Coba liat ke aku kalau kamu udah gak sayang sama aku," tantang Gema.

Batin Gema mulai menghitung.

Satu

Gaby masih belum menoleh.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang