44

1.5K 46 1
                                    

"Sayangg ..."

"Kenapa sih diem terus?"

"Gue ada salah ya?

"Byyy??"

"Ngomong dongg ..."

Gema yang sedari tadi menggoyang-goyangkan lengan gadis itu sambil merengek dan bertanya-tanya, tapi tak kunjung mendapat jawaban.

Jajanan yang awalnya di stoples tampak penuh hingga tidak bisa ditutup, kini tersisa setengah saja karena Gaby selalu memakannya.

Gema menyandarkan tubuhnya pasrah di sofa dengan tangan yang melingkar di lengan Gaby.

Langit berubah menjadi gelap. Sudah dua jam lebih gadis itu mencuekinya sejak di lapangan basket.

Padahal saat siang tadi sebelum Gaby selesai kelas, Gema menyuruhnya untuk ke gedung teknik menghampiri lelaki itu.

Tapi yang Gaby dapat adalah kelas Gema sudah berganti dengan kelas lain dan lelaki itu tidak mengabarinya apapun.

Gema juga benar-benar lupa karena ia terburu-buru untuk ke lapangan. Sedangkan Gaby turun dari lift tidak lama dari Gema dan melihat lelaki itu tengah berfoto entah dengan siapa.

"Sayangg," rengeknya, mendusel-duselkan wajah pada lengan gadis di sampingnya.

"Hm."

"Gue ada salah ya sama lo?" gumam Gema dengan nada amat pasrah.

Gaby membuka ponsel dengan satu tangan yang tidak dipakai untuk memakan jajanan. Ia mengarahkan layar itu pada lelaki yang bersandar di bahunya.

Satu alis Gema naik. Menatap sedikit heran dengan fotonya dengan gadis lain.

Namun sedetik kemudian, ia memeluk erat Gaby dari samping sambil mencibir dengan nada lirih.

"Maaff," cicit lelaki itu, menuai kekehan kecil dari Gaby.

"Enggak, Gema," balas Gaby, lalu mengusap-usap lembut rahang lelaki itu. "Aku cuman bercanda." Lanjutnya, membuat Gema menjauhkan wajah dari bahunya.

"Serius bercanda doang?" Pasalnya Gema juga merasa bersalah. Takut jika hal itu membuat Gaby cemburu. Ia kini harus lebih berhati-hati menjaga hati gadis itu.

"Eumm ..." Gaby mengangguk samar.

"Ck, ah. Lo bikin gue gila tau gak." Ia langsung mengurung tubuh gadis itu ke dalam dekapan, memberi kecupan bertubi-tubi pada pipi Gaby.

"Bodo amat gue gak mau lepasin nyampe besok pagi, terus lo bolos. Gue juga bolos. Terus kita tiduran di kasur nyampe sore nyampe malem lagi."

Ia terkekeh mendengar ucapan lelaki itu. Saat ini keadaan pipinya sedang tidak baik-baik saja akibat terkena serangan dari ketua BEM Unreeda.

•••••

Gema tidak bercanda atas ucapannya sendiri. Ia benar-benar memeluk tubuh Gaby seperti layaknya anak yang takut kehilangan ibunya.

Satu kakinya menutup akses Gaby untuk keluar dari perangkapnya. Dan dua tangannya melingkar pada pinggang dan juga menjadi bantalan kepala gadis itu.

"Gema." Gaby bergerak melenguh. Pasalnya ini sudah jam 7 pagi. Ia harus bersiap karena ada kelas jam 8.30.

Gema bergumam, semakin dalam menenggelamkan wajah di ceruk leher Gaby.

"Lepasin dulu. Aku mau beres-beres, Gema," cicit Gaby dengan suara khas bangun tidur.

"Gak." Tangannya semakin erat merengkuh pinggang perempuan itu.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang