38°

1.6K 56 0
                                    

"Halo, Bi. Di rumah masak apa?" Gaby bertanya dalam sambungan telepon sambil berjalan menuju tempat parkir.

"..."

"Berarti tadi Bunda ngasih makanan juga?"

"..."

"Iya, Bi. Gapapa makan duluan aja."

"..."

"Gapapa, Bi. Soalnya Gema mau ngajak aku makan di luar."

"..."

"Iya."

"..."

"Makasih juga ya, Bi."

Selesai menelepon Bi Hera, ia mempercepat langkah menuju mobil yang sudah menyala mesinnya.

Ia masuk ke dalam mobil milik Gema dan mendudukkan tubuh, kemudian menaruh tas di jok belakang.

"Gimana hari ini?" tanya Gaby, menatap Gema dari samping.

Lelaki itu menghela napas berat dengan posisi wajah yang menempel di setir. "Kayaknya gue bakal ngulang matkul ini, deh."

Gaby mengernyit heran. "Kenapa? Bukannya semalem kamu udah belajar?"

"Iya udah belajar. Tapi tuh gue tiba-tiba gak fokus, By." Gema menaikkan wajah, menatap intens gadis yang duduk di sampingnya.

"Kenapa gitu?"

"Karna lo."

"Kok jadi aku?"

"Ya abisnya ... lo tadi ngomel-ngomel ke gue. Kan gue jadi gak mood." Bibir Gema melengkung sempurna ke bawah, menuai kekehan dari Gaby.

Lelaki itu menangkup kedua pipi Gaby dengan tangannya seraya mendesis. "Jangan ketawa," larang Gema, seraya menempelkan jari telunjuk di bibir Gaby.

"Maaf," cicit Gaby, mendapat gumaman dari Gema. "Kalau nanti nilai kamu jelek, gapapa hukum aku aja."

Kedua mata Gema melirik ke kanan dan kiri, mencari hukuman yang tepat untuk gadis itu.

"Jadi kamu berharap nilai kamu jelek?"

"Enggak juga, sih. Tapi kalau nilai gue bagus, nanti lo gak dapet hukuman."

Gaby menghela napas panjang, menurunkan pelan tangan Gema yang menempel pada wajahnya.

"Ayo makan siang. Aku udah laper banget."

•••••

"Gimana Mbak rasa cumi-cuminya?? Enak, kan?" tanya Bi Hera, setelah memberi kotak bekal pada Karisa yang tidak sabaran mencicipi masakan Bi Hera.

"Aaaa! Enak bwangeetth ..."

Bi Hera tertawa kecil seraya mengusap-usap pucuk kepala Karisa. "Andai Bibi nikah dan punya anak ... pasti anak Bibi udah sebesar Mbak Cumi-cumi," ucapnya berandai-andai.

Karisa berhenti mengunyah dan mendongak pada Bi Hera. "Bibi, aaah~ jangan gitu plis ... udah, ya. Kan Bibi juga bisa anggep aku anak. Lagian aku juga anggep Bibi itu kayak ibu aku tau."

"Eh ehhh ... ada yang mellow-mellow kayaknya nih. Bi, gimana jadinya? Mau tetep di sini atau ikut kita ke kantor?" tawar Bunda, yang berniat mengajak Bibi melihat perusahaannya.

Sebab ia ingin Bi Hera tidak merasa jenuh dan tertekan akibat terus-menerus bekerja tanpa adanya hiburan dan liburan.

"Udah ayo, Bi ... ikut aja. Seru, lhoo!" ajak Karisa, yang mendapat kekehan dari Bi Hera.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang