31°

1.7K 49 0
                                    

"Terus ini diobatin sama siapa?"

"Kak Zean."

"Zean? Cowok apa cewek?"

"Cowok."

"Emang petugas yang cewek ke mana? Di makan serigala?"

Gaby mendelik ke arah Gema yang sudah sepuluh menit lamanya mengobati luka di lututnya.

Pertanyaan aneh itu selalu dilontarkan Gema. Padahal saat ini tubuhnya sedang merasa tidak baik-baik saja dan seharusnya lelaki itu paham.

"Lain kali kalau jalan itu liat-liat, Gaby. Sama kemarin gue bawain lo obat terus gak lo minum?" tanya Gema, masih fokus membersihkan luka Gaby.

"Iya."

"Iya apa?" Gema mendongak, menatap Gaby dengan datar. "Kalau ngomong sama suami itu yang jelas."
Gema beralih mengambil plester dari kotak P3K.

"Iya aku minum obatnya pas ngerasa pusing," balas Gaby pasrah.

"Baju-baju lo udah gue masukkin ke koper. Tiketnya juga udah dibeli."

"Kok gak ngomong dulu ke aku?"

"Kan gue udah ngomong waktu itu sebelum makrab. Lagian Bunda yang nyuruh lo ikut ke sana."

"Kalau gak disuruh Bunda kamu tetep beliin aku tiket?"

"Iya," balas Gema, mendongak menatap lekat wajah Gaby yang cemberut kesal.

"Sini tiduran," titah Gema. "Besok gunain waktunya buat istirahat. Bukan ngerjain kerjaan rumah. Bi Hera udah gue setting jadi mata-mata biar lo gak over ngurus semuanya."

•••••

Fernando

Lo gak usah ngirim uang lagi
Yang Arza butuhin bukan itu
Tapi Gaby




Anda:

Oh
F

ernando:

Arza udah kaya
Dia gak butuh bantuan lo

Anda:

Tapi lo butuh uang gw


Fernando:

Kakek gw rektor 3 kalau lo lupa

Gema tersenyum miring dengan wajah lelahnya melihat balasan Fernando. Ia harus mencari cara agar lelaki blasteran itu tidak mengambil Gaby untuk Arza.

Sebenarnya ia bingung dan penasaran. Mengapa Fernando ingin sekali Gaby bersama dengan Arza?

Pukul dua belas malam Gema masih berkutat dengan laptop, mengerjakan beberapa bab proposal yang harus selesai sebelum berangkat ke luar kota.

Ceklek

Ia menoleh ke arah pintu. Ternyata Gaby berjalan gontai ke ruang khusus belajar dan bekerja di lantai dua, tepat di samping kamarnya.

"Kok bangun?" tanya Gema, masih terduduk di kursi tanpa beralih menatap Gaby.

Kedua mata Gaby tidak sepenuhnya terbuka dan terpejam. Dengan entengnya gadis itu duduk di pangkuan Gema.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang