53

1.2K 42 0
                                    

Seminggu sudah berlalu. Kedua insan itu kembali melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Terkadang juga Gaby diantar-jemput oleh Gema karena perbedaan jam mata kuliah mereka.

Lelaki itu semakin manis padanya dan ia merasa Gema adalah takdirnya yang sudah ditentukan Tuhan.

Sejak dirinya mengaku terang-terangan sudah mencintai lelaki itu, Gema semakin menjaganya dan juga terkadang menyuruhnya untuk selalu sehat.

Gaby sampai melupakan penyakit yang ada di dalam tubuh Gema. Pasalnya lelaki itu juga tidak pernah membahas dan selalu melarangnya untuk membahas.

Pintu apartemen terbuka. Ia menoleh ke sumber suara dan mendapati Gema yang tengah melepas sepatu dan juga korsa BEM.

"Gimana kuliah sama rapatnya tadi?" tanya Gaby melangkah mendekat, lalu membantu Gema membuka korsa.

Satu tangan kekar melingkar di pinggangnya dan perlahan tubuhnya mendekat hingga tidak ada jarak sedikit pun.

"Capek, ya?" tanyanya, melihat wajah lelah Gema. Namun lelaki itu menggeleng singkat.

Gema menjatuhkan kepalanya di ceruk leher Gaby. Mencari posisi nyaman, lalu mengecup basah leher jenjang itu.

Sebuah tangan terulur mengusap-usap punggung lebar milik Gema. Berharap lelaki itu baik-baik saja meskipun ia merasa ada sebuah kendala yang belum siap Gema ceritakan padanya.

"Mau puding boleh?" tanya Gema dengan suara beratnya.

"Boleh," balas Gaby tersenyum manis. "Aku buatin sekarang, ya?"

Gema menggeleng cepat. "Nanti aja. Aku masih mau meluk kamu."

Kedua bibir Gaby tersenyum manis. Ia semakin mengeratkan dekapan itu tanpa berhenti mengusap-usap punggung Gema yang terbalut kemeja hitam berlengan pendek.

"Jantung kamu cepet banget berdetaknya," ucap Gaby amat pelan. Mendengar detakan jantung Gema yang berpacu sangat cepat.

Dari leher, Gema tersenyum hangat. "Selalu gitu setiap deket kamu."

Gaby terdiam. Semakin tersenyum mendengar balasan Gema.

"Kamu capek gak punya suami kayak aku?" bisik Gema, menuai gelengan kuat dari Gaby.

"Enggak. Kenapa nanya kayak gitu?"

"Aku takut aja kamu capek punya suami kayak aku yang lebih sibuk di kampus."

"Enggak, Gema. Aku dukung apapun yang buat kamu seneng."

"Makasih, ya ..."

•••••

Di lain tempat, mereka masih menikmati liburannya akibat beberapa mata kuliah diharuskan online dan Reno pun memutuskan untuk tetap liburan lebih lama di pulau ini.

"DIH! GUE YANG DULUAN!" teriak Disa tak terima saat Reno masuk ke dalam kamarnya.

Kini mereka baru saja sampai di sebuah villa milik keluarga Viola. Gadis itu sekarang tengah menyusun barang di kamar seberang yang seharusnya diisi oleh Reno.

"Lo tanya aja sama Viola sana. Dibilang ini kamar gue," balasnya tak mau kalah, lalu berbaring di kasur sambil menatap langit-langit.

"Ishh! Gak mau, ah! Pokoknya kamar gue yang ini!" Disa menarik-narik kaki Reno, namun tidak membuat lelaki itu berhasil jatuh ke lantai.

"Batu lo. Dibilang ini kamar gue."

"Tapi gue duluan yang masuk sini!!"

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang