47

1.5K 39 2
                                    

"Gema."

"Hm."

"Bangun."

"Lima menit lagi."

"Udah siang tau. Kamu hari ini ada rapat, kan?"

Gema melenguh sesaat, lalu mengeratkan pelukannya pada Gaby.

Kepalanya sangat berat hingga harus bertopang di pucuk kepala Gaby. Sedangkan gadis itu berkali-kali mengusik tidurnya dengan cara memainkan jakunnya.

Sial. Kelemahannya saat ini dipermainkan.

"Gema ... ayo bangun. " Gaby mulai kesal akibat Gema tidak kunjung bangun dari kasur.

"Tiga menit lagi," balas Gema berbisik dengan suara serak dan beratnya.

Tangan Gaby mulai gencar merembet ke daun telinga lelaki itu. Membuat sang empu menggeram tertahan. Namun Gaby sungguh tidak peka akan hal itu.

Suara dering ponsel milik Gema membuat Gaby menghentikan kegiatannya. Lelaki itu sedikit mengangkat wajah dan tubuhnya, menjauh dari gadis itu untuk mengambil ponsel di nakas dekat Gaby.

"Apaan?" balas Gema dari sambungan telepon.

"Lo di mana anjir? Ini si Kemal nyariin lo mau ngobrolin tentang itu."

Gema mengernyit sesaat. Namun detik selanjutnya ia baru ingat, bahwa ia memanggil Kemal untuk membawa Fernando ke ruang BEM.

Tapi sungguh. Rasa malasnya kali ini seperti tidak bisa dihilangkan dengan apapun.

Sebab tadi sekitar jam 5 pagi, hujan turun cukup deras dan setengah jam lalu baru reda.

Sungguh ia sangat malas menjauhkan tubuh dari Gaby. Ditambah lagi gadis itu hari ini tidak ada kelas. Alias libur.

"Mager banget gue," balas Gema sangat malas. Lalu kembali memeluk erat tubuh Gaby dan mengunci gadis itu dengan kedua kaki.

"..."

"Iya iya gue ke sana sekarang." Gema menutup sambungan telepon, lalu menghela napas berat.

"Ikut ke kampus aja, ya?" ajak Gema yang sebenarnya sedikit memaksa.

"Aku masih ada baju yang belum digosok," balas Gaby yang memang benar adanya.

"Ck, itu nanti aja. Kan gue bilang, kalau soal kerjaan biar gue aja."

Gema memang benar. Semenjak memutuskan Bi Hera tidak bekerja di sini lagi, kerjaan rumah hampir semuanya di handle oleh lelaki itu.

Gema hanya ingin memperlakukan Gaby lebih baik dari Ayahnya yang memperlakukan Bundanya dulu.

"Takut kamu kecapean," cicit Gaby. Membenarkan pelukannya sambil mencari posisi nyaman di dada bidang lelaki itu.

"Enggak, Sayang. Kan, cuman kerjaan rumah, bukan bikin rumahnya." Gema memberi kecupan sedikit lama di dahi Gaby sebagai tanda sapaan di pagi hari.


•••••




"Tunggu bentar, ya." Gema mengusap-usap pucuk kepala Gaby, lalu gadis itu mengangguk sebagai jawaban.

Gaby menunggu Gema di dalam mobil yang baru saja terparkir rapi di depan ruangan BEM.

Di dalam ruangan--bilik--di dalam ruangan BEM, sudah ada Fernando, Kemal, Reno, dan Karisa.

Ia mengernyit sejenak tidak melihat kehadiran Jalu di sana. Tapi pertanyaan itu ia tepis sementara untuk fokus dengan Fernando.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang