14°

2.1K 54 3
                                    

"Lo pagi ini berangkat bareng Reno dulu, Dis. Gue ada ketemuan," ujar Jalu berbohong.

Disa menoleh cepat. "Dih! Gak bisa gitu, lah! Lo ketemuan sama siapa, huh? Pacar?" Ia tertawa lepas. "Gak mungkin banget anjir."

Jalu mendengus. "Bacot lo." Ia mendorong tubuh Disa yang menghalangi jalannya keluar dari kamar. "Udah sana siap-siap. Si Reno lagi di jalan."

"Gue gak ma--"

"Nurut aja kenapa, sih. Lagian dia gak bakal suka sama lo. Dasar ribet," ungkap Jalu, membuat Disa gatal sekali ingin memukul lelaki itu.

Sambil menggerutu kesal Disa menyiapkan laptop dan menyelesaikan make up yang tersisa tinggal memakai liptint.

Ia terduduk di kursi teras rumah. Berharap Reno tidak jadi menjemputnya.

Namun harapannya pupus. Ia harus melihat Reno detik ini menjemputnya memakai motor cafe racer.

Matanya menyipit kala mendapati Reno memakai setelah serba hitam. Entah lelaki itu mau bertugas menjadi dukun di mana.

"Apa lo!" Disa mendelik tajam pada Reno yang masih di motor, menatap ke arahnya.

"Cepetan naik."

"Ck, iya iya sabar elah!" Kalau bukan karna Abang, udah gue plester tuh matanya. Batinnya melanjutkan, saat melihat helm yang dipakai Reno hanya terlihat mata tajam itu saja.

Disa melangkah mendekat pada lelaki itu. Namun saat hendak meraih helm, Jalu berteriak ke arahnya.

"Jangan lo modus minta pakein helm ke Reno!"

Disa menoleh singkat dengan tatapan kesal ke arah abangnya. "Enggak, elah! Rese lo, Bangg!"

Ia meraih helm itu dari tangan Reno. Mendelik tajam saat lelaki itu menatapnya heran dari balik helm.

"Apa lo liat-liat? Gue emang cantik."

Reno mendengus samar. Ia beralih menatap lurus. Seumur-umur menjadi anak kuliahan, baru kali ini ia mendapati adik tingkat yang songongnya di atas rata-rata.

"Hati-hati!" teriak Jalu lagi, yang mendapat jawaban jari tengah dari Disa.

Akhirnya Reno mulai meninggalkan area rumah yang disewa oleh Jalu. Ia menatap sekilas Disa dari arah spion.

"Gue mau ngebut."

"Yaudah si ngebut aja. Ngebut tinggal ngebut, ribet amat."

Brum!

"Renoo!!" Refleks tangannya melingkar pada perut lelaki itu. Membuat Reno tersenyum miring dari balik helm.

"Bisa gak sih gak usah ngeselin???" Kesal Disa, lalu melepas kedua tangannya dari perut Reno.

Namun lelaki itu kembali menarik kedua tangannya. "Gue gak mau bonyok sama abang lo. Nurut makanya, pegangan yang kuat."

Jelas. Reno tidak ingin Disa terjungkal akibat kaget dengan kecepatan motor yang ia kendarai. Dan kini Disa tidak bersuara dan menolak atas paksaannya.

Sesampainya di kampus, Reno cukup heran saat tangan yang melingkar di perutnya tidak kunjung menjauh.

"Dis??"

"Disa?"

Tidak ada suara. Ia mengecek wajah gadis itu dari pantulan spion. "Bisa-bisanya anjir."

Disa tertidur.

•••••

"By," bisik Gema tepat di samping daun telinga Gaby yang tengah fokus mengolesi selai ke lapisan roti.

ALGEMANTRA [END:REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang